BMKG Prediksi Musim Kemarau Berlangsung Lebih Singkat, Ini Dampak Positif dan Negatifnya

Musim kemarau tahun 2025 ini diprediksi akan berlangsung lebih pendek dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
MUSIM KEMARAU : Kondisi tepian Waduk Sermo yang terlihat lantaran debit air yang berkurang di musim kemarau ini. Adapun penurunan permukaan airnya mencapai sekitar 9 meter. 

"Jika kemarau pendek disertai hujan, maka akan membantu mengurangi polusi dan debu. Risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lebih rendah," jelas dia.

Di sisi lain, pendeknya musim kemarau ini bisa memberikan dampak negatif.

Di antaranya perkembangan hama yang bisa mengganggu pertanian.

Fachri menerangkan, musim kemarau yang terjadi secara singkat membuat pengeringan lahan pertanian menjadi tidak optimal karena terbatas waktu. 

Hal ini menyebabkan petani garam, tembakau, atau palawija yang membutuhkan cuaca kering bisa mengalami kerugian.

Musim kemarau yang pendek turut mengganggu proyek infrastruktur.

"Proyek-proyek seperti pembangunan jalan, bendungan, atau pengeringan rawa yang bergantung pada musim kering bisa tertunda," kata dia.

Hama tanaman tertentu juga bisa meningkat akibat perubahan kelembapan yang tidak normal karena musim kemarau lebih pendek.

Kondisi lembap membuat penyakit seperti leptospirosis atau demam berdarah pun menjadi meningkat.

Kapan puncak musim kemarau 2025?

 Menurut perkiraan BMKG, musim hujan di Indonesia tahun ini tidak berakhir secara serentak.

 "Ada wilayah yang musim hujannya berakhir di April, namun banyak juga wilayah yang musim hujannya berakhir di Mei, Juni bahkan Juli dan Agustus," ucap Fachri.

Disebutkan bahwa awal musim kemarau terjadi pada April 2025 di beberapa wilayah Indonesia.

Sementara, puncak musim kemarau 2025 akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025 di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku.

Terkait sifat musim kemarau 2025, BMKG menyebutkan, sekitar 60 persen wilayah diprediksi mengalami kemarau dengan sifat normal, 26 persen wilayah mengalami kemarau lebih basah dari normal, dan 14 persen wilayah lainnya lebih kering dari biasanya.

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved