BMKG Prediksi Musim Kemarau Berlangsung Lebih Singkat, Ini Dampak Positif dan Negatifnya

Musim kemarau tahun 2025 ini diprediksi akan berlangsung lebih pendek dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA/Alexander Ermando
MUSIM KEMARAU : Kondisi tepian Waduk Sermo yang terlihat lantaran debit air yang berkurang di musim kemarau ini. Adapun penurunan permukaan airnya mencapai sekitar 9 meter. 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Musim kemarau tahun 2025 ini diprediksi akan berlangsung lebih pendek dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pendeknya musim kemarau ini bisa berdampak terhadap sejumlah hal.

Mulai dari pembangunan infrastruktur hingga munculnya hama tanaman.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau di Indonesia akan mulai berlangsung pada April ini.

Sejumlah wilayah akan mulai bertahap dan puncaknya terjadi pada Juni hingga Agustus mendatang.

"Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau. Jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati Sabtu (12/4/2025). 

Sementara itu Direktur Informasi Perubahan Iklim BMKG, A Fachri Radjab, pendeknya musim kemarau tahun ini dipengaruhi oleh beberapa hal.

Salah satunya karena sebagian Zona Musim yang mengalami curah hujan di atas normal.

"Musim kemarau yang lebih pendek merupakan akibat adanya gangguan iklim, yaitu kondisi curah hujan di atas normal selama musim kemarau," kata Fachri saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (14/4/2025).

"Musim kemarau yang lebih pendek akan menyebabkan akumulasi curah hujan tahunan menjadi lebih tinggi dari normalnya," tambah Fachri.

Di sisi lain, pendeknya musim kemarau ini bisa memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan lingkungan.

Baca juga: Enam Jam Terakhir, Gunung Merapi Luncurkan Guguran Lava Sebanyak Lima Kali ke Arah Kali Krasak

Di sektor pertanian, pendeknya musim kemarau ini bisa meningkatkan produksi di bidang industri pertanian.

"Masa tanam bisa lebih panjang atau lebih dari satu kali dalam setahun (multiple cropping). Tanaman tidak terlalu lama mengalami kekeringan, sehingga potensi gagal panen lebih kecil," terangnya.

Selain itu, ketersediaan air juga menjadi lebih terjaga sehingga sumber air, seperti sungai, waduk, dan embung, tidak cepat surut.  

Dampak berikutnya adalah kualitas udara menjadi lebih baik.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved