Tarif Baru AS Ancam Ekspor DIY, Pemerintah Siapkan Strategi Mitigasi
Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama DIY dengan kontribusi lebih dari 43 persen terhadap total ekspor daerah tersebut.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif timbal balik sebesar 32 persen terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia, dikhawatirkan akan berdampak signifikan pada kinerja ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama DIY dengan kontribusi lebih dari 43 persen terhadap total ekspor daerah tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Yuna Pancawati, menyampaikan bahwa nilai ekspor DIY ke AS pada 2023 mencapai 212,33 juta dollar AS. Nilai tersebut meningkat menjadi 236,25 juta dollar AS pada tahun 2024.
"Kebijakan tarif baru dari AS tentu akan memberi tekanan terhadap kinerja ekspor kita, terutama karena Amerika adalah mitra utama ekspor DIY," ujarnya, Selasa (8/4/2025).
Produk-produk unggulan dari DIY yang diekspor ke pasar AS mencakup barang dari kertas atau karton, kerajinan anyaman, sarung tangan dari kulit, garmen, furnitur, kerajinan dari batu, semen, dan kayu, serta gula semut.
Seluruh komoditas tersebut berpotensi terdampak oleh kebijakan tarif yang kini membebani produk asal Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Rabu petang (2/4/2025) waktu Washington, atau Kamis pagi waktu Jakarta, Presiden Donald Trump secara resmi mengumumkan pemberlakuan tarif baru yang disebut sebagai “Hari Pembebasan”.
Dalam pidato di Taman Mawar, Gedung Putih, Trump menyebut kebijakan itu sebagai deklarasi kemerdekaan ekonomi AS.
Indonesia dikenai tarif sebesar 32 persen, hanya terpaut dua poin dari China, yang dikenai tarif 34 persen.
Sementara Thailand dan Vietnam masing-masing dikenai tarif 36 persen dan 46 persen.
Baca juga: Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi di DIY Diperpanjang Hingga Mei 2025, Ini Alasannya
Trump menegaskan bahwa defisit perdagangan AS telah menjadi kondisi darurat nasional.
"Dalam banyak kasus, terutama dalam hal perdagangan, kawan lebih buruk daripada lawan," ujarnya.
Menanggapi kebijakan tersebut, pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan telah melakukan koordinasi lintas kementerian dan lembaga guna menyiapkan langkah mitigatif yang terukur dan berdampak positif bagi perekonomian nasional.
Strategi tersebut mencakup pendekatan diplomatik, upaya diversifikasi pasar ekspor, serta penguatan industri dalam negeri.
Pemerintah DIY pun tidak tinggal diam.
Menurut Yuna Pancawati, Pemda DIY akan mengambil beberapa langkah konkret untuk memperkuat daya saing industri lokal, khususnya sektor usaha kecil dan menengah (UMKM) serta industri kecil dan menengah (IKM).
Langkah-langkah tersebut meliputi peningkatan kapasitas pelaku usaha melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, penguatan kerja sama dengan pemerintah pusat dan lembaga pendukung lainnya, serta mendorong peningkatan penggunaan produk-produk dalam negeri.
“Kami ingin memastikan bahwa pelaku UMKM dan IKM di DIY tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu meningkatkan daya saing produknya di tengah tekanan global,” kata Yuna.
Adapun berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, Amerika Serikat menyumbang surplus perdagangan nonmigas nasional sebesar 16,08 miliar dollar AS pada tahun 2024, dari total surplus perdagangan nonmigas sebesar 31,04 miliar dollar AS.
Ekspor utama Indonesia ke AS antara lain berupa garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati—kategori yang juga tumpang tindih dengan produk ekspor unggulan DIY.
Meski kebijakan tarif dinilai memberatkan, Yuna menyebut pasar Amerika tetap menjadi peluang yang tidak bisa diabaikan.
“Indonesia masih memiliki daya saing yang relatif lebih baik dibandingkan beberapa negara lain yang dikenai tarif lebih tinggi. Ini perlu menjadi semangat untuk terus memperbaiki kualitas produk kita,” ujarnya.
Di tengah tantangan pasar AS, Disperindag DIY juga terus mendorong penetrasi pasar baru ke wilayah Eropa, Asia, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Diversifikasi pasar ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada satu mitra dagang utama dan memperkuat ketahanan ekspor daerah.
Langkah Trump ini diperkirakan memicu reaksi balasan dari mitra dagang utama AS, seperti Uni Eropa dan Kanada.
Uni Eropa bahkan telah menyatakan siap mengambil langkah setimpal apabila AS tidak mencabut kebijakan tarif tersebut.
Ekonom Deutsche Bank, Matthew Luzzetti, memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat memicu ketidakpastian global dan memangkas pertumbuhan ekonomi dunia hingga 1 persen dalam beberapa kuartal ke depan.
Dengan dinamika perdagangan global yang semakin tidak pasti, pemerintah di semua level dituntut untuk lebih adaptif dan responsif.
Bagi DIY, sinergi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah dan memperluas akses pasar bagi produk-produk lokal. (*)
Harga Beras di DIY Sesuai Dengan HET Terbaru |
![]() |
---|
Warga Bantul Sulap Batok Kelapa Jadi Craft, Penjualan Tembus ke Jamaika, Prancis, dan Turki |
![]() |
---|
Ekspor Pertanian Sleman Tembus Rp1,135 Miliar, Wamentan Minta Generasi Muda Tak Gengsi Bertani |
![]() |
---|
Tarif Trump Berlaku, Buyer AS Minta Diskon Besar ke Pengusaha Kerajinan di DIY |
![]() |
---|
Tarif Trump 19 Persen Sudah Berlaku, Ekspor Tekstil Masih Aman Tapi Kerajinan Agak Terpengaruh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.