Tarif Trump Berlaku, Buyer AS Minta Diskon Besar ke Pengusaha Kerajinan di DIY
Pemberlakuan tarif Trump juga menambah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pengusaha.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dampak pemberlakuan tarif impor 19 persen Amerika Serikat yang berlaku pada 7 Agustus 2025 lalu telah dirasakan oleh pengusaha kerajinan di DIY.
Sekretaris Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komda DIY, Susilo mengatakan dampak yang paling dirasakan adalah buyer Amerika Serikat meminta tambahan diskon besar.
Sebelumnya tarif Trump, memang ada buyer yang meminta diskon, namun masih wajar.
"Dampak yang terasa langsung, buyer pada minta tambahan diskon langsung yang besarnya signifikan, tergantung negosiasi antara teman-teman (anggota Asmindo DIY) dan buyer," katanya, (14/08/2025).
Ia melanjutkan pemberlakuan tarif Trump juga menambah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pengusaha.
Pasalnya, ada persyaratan seperti phytonanitary dengan biaya sekitar Rp 2- 5 jut per shipment.
Selain itu, buyer AS kini juga meminta European Union Deforestation Regulation (EUDR), padahal regulasi tersebut diinisiasi oleh Eropa.
"Phytonanitary sudah ada lembaga yg membantu mengkondisikan, tapi ada biaya lagi di situ yang besarannya Rp 2 - 5 juta per shipment. Kemudian EUDR, padahal inisiasi dari Eropa, tetapi US juga mulai menanyakan," terangnya.
Baca juga: Tarif Trump 19 Persen Sudah Berlaku, Ekspor Tekstil Masih Aman Tapi Kerajinan Agak Terpengaruh
"EUDR bisa terpenuhi dengan regulasi yang sudah ada yaitu sistem lacak balak SVLK (Sistem Verivikasi Legalitas Kayu), ditambahkan verivikasi titik koordinat lokasi hutan asal tebang kayunya. Dan saat ini masih dalam tahap negosiasi penyamaan persepsi antara penentuan titik koordinat tersebut," lanjutnya.
Ia menyebut sejak tarif impor 19 persen diterapkan, memang ada beberapa buyer yang menunda pembelian.
Ada pula buyer yang menurunkan kapasitas pembelian.
Untuk komoditas yang paling banyak diimpor oleh Amerika dari DIY adalah furniture, aneka kerajinan bahan natural, kerajinan kaca, tembikar, dan bahan kayu daur ulang.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Yuna Pancawati mengatakan pada dasarnya permintaan produk dari DIY ke Amerika Serikat masih tinggi.
Untuk saat ini, beberapa ekspor komoditas tekstil masih aman dan tidak terlalu terpengaruh. Namun untuk komoditas kerajinan agak terpengaruh dengan pemberlakuan tarif 19 persen.
“Terkait pemberlakuan tarif 19 persen ke Amerika mulai 7 Agustus 2025 memang terjadi perbedaan kondisi ekspor. Untuk beberapa komoditi tekstil masih aman dan tidak terlalu terpengaruh. Yang agak terpengaruh adalah komoditi kerajinan,” katanya. (*)
Kisah Zaira Bertels, Bangun Usaha Pemanfaatan Limbah di Sleman Jadi Produk Interior Berskala Ekspor |
![]() |
---|
Warga Bantul Sulap Batok Kelapa Jadi Craft, Penjualan Tembus ke Jamaika, Prancis, dan Turki |
![]() |
---|
Ekspor Pertanian Sleman Tembus Rp1,135 Miliar, Wamentan Minta Generasi Muda Tak Gengsi Bertani |
![]() |
---|
Tarif Trump 19 Persen Sudah Berlaku, Ekspor Tekstil Masih Aman Tapi Kerajinan Agak Terpengaruh |
![]() |
---|
Cabai Rawit dari Petani Sleman Mulai Dipasarkan ke Luar Negeri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.