Syawalan Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Mahfud MD: Pelengkap Ramadan

Ketua Yayasan Mataram Yogyakarta, Prof. Mahfud MD, turut hadir dan memberikan pesan kebangsaan dalam konteks spiritualitas Syawal.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Istimewa
SYAWALAN: Mantan Menkopolhukam, Mahfud MD di acara Syawalan Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Selasa (8/4/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta menyelenggarakan acara Syawalan Keluarga Besar dalam suasana hangat, khidmat, dan penuh refleksi di Pendopo Agung Kampus Terpadu UWM, Selasa (8/4/2025).

Tradisi tahunan ini menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarsivitas akademika sekaligus merayakan bulan Syawal dengan penuh makna.

Acara dibuka oleh Rektor UWM, Prof. Edy Suandi Hamid, yang menekankan pentingnya Syawalan sebagai tradisi positif untuk saling memaafkan dan memperbarui hubungan antar sesama.

"Momen ini mengajak kita untuk menghapus dendam dan kesalahan, serta membuka lembaran baru yang lebih baik," ujar Edy.

Ia pun menyampaikan permohonan maaf secara tulus kepada seluruh keluarga besar universitas atas segala kekhilafan selama setahun terakhir.

Lebih lanjut, Prof. Edy menyampaikan bahwa Syawalan tidak hanya merupakan tradisi, tetapi juga ruang refleksi dan pembaharuan hubungan antar insan kampus.

"Ini momen penting untuk memperkuat kebersamaan dalam membangun peradaban akademik yang unggul," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Mataram Yogyakarta, Prof. Mahfud MD, turut hadir dan memberikan pesan kebangsaan dalam konteks spiritualitas Syawal.

"Halal bihalal merupakan pelengkap Ramadhan. Ia menjadi ruang untuk melebur dosa, mempererat ukhuwah, dan meneguhkan kembali keikhlasan dalam membangun bangsa," ungkap mantan Menkopolhukam RI tersebut.

Hikmah Syawalan disampaikan oleh Prof. Dr. Phil. Al Makin, Rektor UIN Sunan Kalijaga periode 2020–2024.

Dalam ceramahnya, ia mengangkat pemikiran Ibnu Khaldun, tokoh besar dalam peradaban Islam yang dikenal dengan teori asabiyyah dan pendekatan historis-sosiologis.

"Ibnu Khaldun mengajarkan bahwa kekuatan masyarakat terletak pada solidaritas sosial. Ketika solidaritas melemah, peradaban pun ikut melemah. Ini sangat relevan dengan konteks kehidupan kampus dan kebangsaan kita saat ini," jelas Al Makin.

Acara dihadiri oleh jajaran pimpinan UWM, perwakilan Kepolisian dan Koramil Gamping, serta dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Kegiatan ditutup dengan sesi ramah tamah dalam suasana akrab dan kekeluargaan, yang semakin mempererat ikatan emosional antar warga kampus.

Syawalan Keluarga Besar Universitas Widya Mataram tahun ini tidak hanya menjadi ajang saling memaafkan, tetapi juga wadah untuk memperkuat nilai-nilai keislaman, kebudayaan, dan intelektualitas yang menjadi pondasi kampus. (Ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved