Sektor MICE Yogyakarta Berbenah Hadapi Tantangan Baru
Pemerintah daerah dan pelaku industri optimistis dapat beradaptasi dengan strategi baru untuk mempertahankan daya saing sektor ini.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Industri Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) di Yogyakarta tengah menghadapi tantangan baru seiring dengan perubahan kebijakan yang membatasi perjalanan dinas untuk keperluan wisata.
Namun, pemerintah daerah dan pelaku industri optimistis dapat beradaptasi dengan strategi baru untuk mempertahankan daya saing sektor ini.
Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Imam Pratanadi, menjelaskan bahwa selama ini 60 persen kegiatan MICE di Yogyakarta berasal dari sektor pemerintahan, sementara 40 persen sisanya berasal dari sektor swasta.
Namun, dengan diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025, yang membatasi perjalanan dinas pemerintah, industri MICE harus menyesuaikan strategi agar tetap bertahan.
“Justru ini menjadi kesempatan untuk mendesain ulang strategi agar sektor swasta bisa meningkat dan mengambil porsi lebih besar dalam industri MICE di Yogyakarta,” ujar Imam.
Untuk mengantisipasi dampak kebijakan baru, pemerintah daerah berkolaborasi dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) serta pelaku industri MICE lainnya guna memperkuat promosi dan menarik lebih banyak penyelenggara acara dari sektor swasta.
Menurut Imam, salah satu langkah yang ditempuh adalah meningkatkan promosi melalui media sosial serta menggandeng media massa untuk memperkenalkan Yogyakarta sebagai destinasi MICE yang kompetitif.
“Anggaran untuk promosi memang terbatas, tetapi kami tetap berupaya memaksimalkan publikasi melalui berbagai platform digital serta kerja sama dengan media,” katanya.
Baca juga: Lonjakan Wisatawan ke Yogyakarta Diprediksi Capai 1,5 Juta Orang Selama Masa Libur Lebaran
Selain itu, strategi lain yang tengah dikembangkan adalah memperluas jaringan dengan komunitas bisnis dan industri kreatif yang dapat menjadi potensi pasar baru bagi MICE di Yogyakarta.
Dengan pendekatan ini, diharapkan sektor swasta yang sebelumnya berkontribusi 40 persen terhadap industri MICE bisa meningkat secara signifikan.
Meski menghadapi tantangan, Yogyakarta tetap memiliki daya tarik kuat sebagai tuan rumah berbagai acara skala nasional maupun internasional. Imam menegaskan bahwa pengalaman dan fasilitas yang tersedia di Yogyakarta sudah terbukti mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan MICE dengan standar tinggi.
“Kami ingin menegaskan bahwa Yogyakarta tetap menjadi destinasi unggulan untuk MICE. Kami memiliki infrastruktur yang memadai, tenaga kerja yang profesional, serta pengalaman panjang dalam menyelenggarakan event berskala besar,” kata Imam.
Dengan berbagai strategi yang telah disiapkan, pemerintah daerah dan pelaku industri optimistis industri MICE di Yogyakarta tetap berkembang.
Ke depan, peningkatan keterlibatan sektor swasta diharapkan dapat menjaga keberlanjutan dan daya saing Yogyakarta sebagai destinasi utama MICE di Indonesia. (*)
Wisuda dan Acara Perpisahan Sekolah Bisa Tingkatkan Okupansi MICE di DIY |
![]() |
---|
Industri Pariwisata DIY Berhasil Bawa 'Oleh-oleh' Reservasi Study Tour dan MICE dari Malang ke DIY |
![]() |
---|
Lonjakan Wisatawan Tak Diiringi Hunian Hotel, Dinas Pariwisata DIY Susun Strategi Baru |
![]() |
---|
Pemda DIY Sukses Layani Wisatawan Selama Libur Lebaran, Minim Keluhan, Lalu Lintas Relatif Lancar |
![]() |
---|
Kunjungan Wisatawan ke DIY Selama Libur Lebaran 2025 Lampaui Target, Ini Rinciannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.