Hari Jadi ke 270 DIY
Hari Jadi ke-270 DIY Bertema Tumata, Tuwuh, Ngrembaka: Tumbuh Berkembang Tanpa Meninggalkan Budaya
Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho mengatakan tumata berarti menata, dari hal yang kurang baik menjadi baik.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Daerah Istimewa Yogyakarta memperingati hari jadi ke-270. Tahun ini DIY mengambil tema Tumata, Tuwuh, Ngrembaka.
Melalui tema tersebut, diharapkan DIY bisa tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho mengatakan tumata berarti menata, dari hal yang kurang baik menjadi baik.
Kemudian tuwuh artinya yang ditata bisa menimbulkan sesuatu yang berbeda. Tidak sekadar tumbuh, tetapi juga ngrembaka, artinya bisa sampai ke seluruh warga DIY.
“Kalau digabungkan, tema tadi bisa bicara pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan. Dan kebudayaan itu luas, ada tujuh objek kebudayaan. Kalau Ngarsa Dalem itu selalu pangandikan, namanya peradaban,” katanya dalam Podcast Aruh Aruh 270 Tahun DIY, Rabu (12/03/2025).
“Ada pengetahuan dan teknologi, digitalisasi itu masuk ke situ (pengetahuan dan digitalisasi). Tarian itu masuk ke poin ketujuh, seni. Ada tata nilai adat istiadat, yang itu memungkinkan masuk kehidupan keseharian,” sambungnya.
Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh Paniradya Kaistimewan DIY untuk mengenalkan kebudayaan DIY, termasuk menyasar generasi muda.
Ada program podcast yang rutin dilakukan, kemudian Sinau Sejarah dalam bentuk podcast dan datang ke SMA-SMA.
Ada pula program Jogja Menyapa, untuk mengenalkan DIY kepada masyarakat luar DIY. Pihaknya juga bekerja sama dengan seniman, akademisi, dan lain-lain.
Sebagai pengelola dana keistimewaan DIY, pihaknya juga berupaya agar tujuan UU Keistimewaan DIY bisa dipertahankan, terutama dalam memberikan ketertiban, ketentraman, dan kesejahteraan masyarakat.
“Tahun 2025 ini ada yang baru, misalnya menganggarkan untuk mereka yang mau ke S1, kuota 100 orang. Kemudian ada bantuan keuangan khusus melalui desa niaga yang dikelola Disperindag. Kemudian pemanfaatan tanah kasultanan untuk kesejahteraan masyarakat,” lanjutnya.
Tokoh Pemuda, Raden Mas Gusthilantika Marrel Suryokusumo mengungkapkan generasi muda juga bisa ikut berpartisipasi dalam nguri-uri kebudayaan DIY.
Menurut dia, melestarikan budaya tidak harus berkaitan dengan aktivitas budaya.
“Cukup dengan menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, bertutur kata dan berperilaku sopan, itu sudah nguri-uri budaya. Karena budaya orang Jogja seperti itu, unggah-ungguh sangat penting. Membeli produk Jogja itu juga bagian dari budaya, bantu promo kegiatan Jogja di media sosial,” ungkapnya.
Hari Jadi ke-270 DIY, Ketua DPRD: Kemiskinan Masih Jadi Pekerjaan Rumah |
![]() |
---|
Ucapan dan Harapan di Hari Jadi ke-270 DIY dari Bupati dan Wali Kota di DIY |
![]() |
---|
Hari Jadi ke-270 Daerah Istimewa Yogyakarta: Jogja Tumata Tuwuh Ngrembaka |
![]() |
---|
Hari Jadi ke-270 DIY, PW Muhammadiyah DIY: Tonggak Kesejarahan Harus Terus Menyala |
![]() |
---|
Jogja Tumata, Tuwuh, Ngrembaka: Filosofi Perjalanan 270 Tahun DI Yogyakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.