Hari Jadi ke 270 DIY

Jogja Tumata, Tuwuh, Ngrembaka: Filosofi Perjalanan 270 Tahun DI Yogyakarta

Tanggalan Jawanya adalah 29 Jumadil Awal 1680, tepat pada Kamis Pon. Jika dikonversi ke penanggalan Masehi, jatuh pada 13 Maret 1755

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari
HARI JADI: Foto dok Tugu Pal Putih atau Tugu Jogja. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memperingati hari jadinya yang ke-270 tahun 2025.  

TRIBUNJOGJA.COM - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali memperingati hari jadinya yang ke-270 tahun ini. 

Bertepatan dengan bulan Ramadan, perayaan diwarnai dengan berbagai kegiatan bertema Jogja Tumata, Tuwuh, Ngrembaka, yang menggambarkan tahapan menuju DIY yang lebih baik. 

Hari Jadi DIY ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2023.

Penanggalannya merujuk pada momen sejarah Perjanjian Giyanti tahun 1755, yang menjadi tonggak berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I. 

Kepala Biro Tata Pemerintahan Setprov DIY, Danang Setyaji, menjelaskan bahwa peristiwa deklarasi berdirinya Ngayogyakarta Hadiningrat kepada keluarga, kerabat, dan abdi dalem menjadi dasar penentuan tanggal Hari Jadi DIY.

"Tanggalan Jawanya adalah 29 Jumadil Awal 1680, tepat pada Kamis Pon. Jika dikonversi ke penanggalan Masehi, jatuh pada 13 Maret 1755," ujar Danang, Rabu (12/3/2025). 

Makna Tema Jogja Tumata, Tuwuh, Ngrembaka Tema peringatan tahun ini mencerminkan proses DIY dalam menata, tumbuh, dan berkembang. Jogja Tumata berarti Yogyakarta yang tertata, yakni upaya penataan kota sesuai dengan nilai dan budaya yang ada. Setelah tertata, Jogja dapat Tuwuh atau tumbuh dengan nilai-nilai yang telah dijaga. 

"Harapannya, Jogja bisa Ngrembaka atau berkembang sesuai dengan jati dirinya," ujar Danang. Rangkaian Kegiatan Peringatan Sejumlah agenda utama digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-270 DIY.

Rangkaian acara dimulai dengan ziarah ke tiga makam leluhur DIY, yaitu Astana Kuthagede di Kotagede, tempat peristirahatan raja-raja Mataram. Astana Pajimatan di Imogiri, Bantul, makam para raja Yogyakarta dan Surakarta. Astana Girigondo di Kulon Progo, makam para adipati. 

Selain itu, pada malam harinya digelar malam tirakatan di Bangsal Kepatihan, yang dilanjutkan dengan upacara peringatan keesokan paginya. Rangkaian acara kemudian ditutup dengan Rapat Paripurna di DPRD DIY. 

"Secara umum, peringatan tahun ini sama seperti sebelumnya. Karena bertepatan dengan bulan Ramadan, acara kami sesuaikan agar tetap khidmat," jelas Danang. 

Selain agenda utama, berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) turut menggelar acara pendukung. Beberapa di antaranya adalah bazar UMKM di kompleks Kepatihan, kunjungan diorama arsip bertema sejarah DIY, serta pemutaran film sejarah. 

Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono, menegaskan bahwa semangat peringatan ini adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam membangun masa depan Yogyakarta.

 "Kemajuan peradaban bukan milik segelintir orang, tetapi hasil partisipasi seluruh masyarakat. Seperti tema Ngrembaka, yang menggambarkan hutan yang tumbuh dari keberagaman pohon, DIY juga berkembang dari keberagaman ide dan aspirasi," ujar Beny. 

Peringatan Hari Jadi ke-270 DIY tidak hanya menjadi refleksi sejarah, tetapi juga momentum untuk memperkuat persatuan dan semangat gotong royong dalam membangun daerah.

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved