Aksi Jogja Memanggil 

Aksi Demonstrasi "Jogja Memanggil", Arus Lalu Lintas di Sepanjang Jalan Malioboro Dialihkan

Aksi ini merupakan bagian dari gerakan nasional "Indonesia Gelap" yang digelar secara serentak di berbagai kota di Indonesia.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
JOGJA MEMANGGIL : Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Aditya Surya Dharma saat diwawancara wartawan terkait pengamanan aksi Jogja Memanggil di kawasan Malioboro, Kamis (20/2/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Massa aksi yang tergabung dalam gerakan "Jogja Memanggil" memadati kawasan Tempat Parkir Abu Bakar Ali, Danurejan, Kota Yogyakarta, Kamis (20/2/2025).

Aksi ini merupakan bagian dari gerakan nasional "Indonesia Gelap" yang digelar secara serentak di berbagai kota di Indonesia.

Dengan mengusung tagar #BersamaRakyat, para demonstran menyuarakan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Aksi mahasiswa inipun mendapatkan pengawalan dari aparat keamanan.

Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Aditya Surya Dharma, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan sekitar 400-an personel untuk mengamankan jalannya aksi.

"Hari ini, kami dari Polresta Yogyakarta dibantu oleh Polda DIY melakukan pengamanan terhadap aksi yang dilakukan oleh teman-teman mahasiswa. Kami melakukan pengawalan mulai dari titik kumpul, sepanjang perjalanan, hingga lokasi akhir di Titik Nol Kilometer Yogyakarta," ujarnya.

Baca juga: BREAKING NEWS : Ribuan Massa Berkumpul di Parkir ABA Malioboro untuk Gelar Aksi Jogja Memanggil 

Polresta Yogyakarta menempatkan personel di berbagai titik sepanjang rute aksi guna mengatur lalu lintas dan rekayasa arus agar aksi dapat berlangsung tertib dan aman.

Rekayasa lalu lintas juga dilakukan, termasuk pengalihan arus kendaraan yang biasanya melewati Malioboro.

"Kendaraan yang mengarah ke Malioboro akan diarahkan untuk lurus (ke Jalan Pasar Kembang). Sementara itu, akses ke jalur-jalur kecil (sirip-sirip) di sekitar Malioboro juga akan ditutup sementara hingga massa aksi mencapai Titik Nol Kilometer. Setelah itu, akses akan dibuka kembali secara bertahap," jelas Aditya.

Dalam selebaran aksi, massa menyuarakan berbagai permasalahan nasional yang dianggap merugikan rakyat.

Salah satu isu utama adalah kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang dinilai semakin membebani masyarakat. Kelangkaan LPG di berbagai daerah juga menjadi sorotan para peserta aksi.

Selain itu, demonstran mengkritisi program Makanan Bergizi Gratis yang dianggap menyerap anggaran terlalu besar dan mengurangi alokasi bagi sektor-sektor penting lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan.

 Konflik agraria serta penggusuran yang masih terjadi di berbagai wilayah juga menjadi isu yang disoroti dalam aksi ini.

Isu lainnya yang menjadi tuntutan adalah implementasi UU Cipta Kerja yang dinilai tidak berpihak pada pekerja, maraknya praktik korupsi di kalangan pejabat negara, serta kekhawatiran terhadap dwifungsi ABRI yang kembali mencuat.

Dalam aksi ini, demonstran membawa berbagai poster sebagai bentuk ekspresi kritik mereka. Beberapa di antaranya bertuliskan "Perut Kenyang Otak Kosong," "Kuat Dilakoni Ora Kuat Revolusi," dan "Oke gas oke gas, Neo Orba Kita Gas.".(han)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved