Kisah Inspiratif

CERITA Awal Mula Nama Angkringan SULTAN di Mangunan, Dlingo, Bantul

lokasi Angkringan Sultan yang berada di Bukit Cempluk, Kalurahan Mangunan, Kapewon Dlingo, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. 

TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
ANGKRINGAN SULTAN: Pengunjung sedang menikmati suasana sunset dan city light dari Angkringan Sultan di Bukit Cempluk, Kalurahan Mangunan, Kapewon Dlingo, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, belum lama ini. 

Namun, pernah juga nominal omzet itu turun dikarenakan cuaca hujan. 

"Kan namanya bisnis ada naik turunnya. Tapi alhamdulillahnya, kulinernya besok untuk buka puasa sudah mulai ada yang telepon tanya soal menu.

"Karena kami punya menu andalan masakan rumahan," papar dia.

Meski demikian, Aris menyampaikan bahwa omzet tersebut terdiri atas pendapatan bruto atau kotor, sehingga masih akan dipotong dengan pendapatan asli daerah (PAD) sejumlah 30 persen.

"Selain untuk PAD, saat kita mendapat Rp72 juta itu yang kami kembalikan ke masyarakat setelah itu untuk operasional, gaji karyawan, dan sebagainya."

"Apalagi di situ kan ada 20 masyarakat lokal yang terlibat untuk menyediakan masakan," urainya.

Awal Mula Angkringan Sultan

Aris turut menyampaikan kehadiran Angkringan Sultan berawal dari adanya konsep pengembangan wisata dan pemberdayaan masyarakat melalui Badan Usaha Milik Kalurahan (Bamuskal) dengan anggaran dari Dana Keistimewaan (Danais). 

Di mana, konsep itu disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.

"Makanya, lokasi itu dibuat dengan anggaran berjenjang, dari tahun 2022, 2023, dan 2024. Lalu, memulai dibangun pada 2022." 

"Terus final pembangunannya pada tahun 2024. Walau begitu, kami tetap berbenah bagaimana menjadi yang terbaik," katanya.

Lalu, angkringan yang didirikan di atas tanah milik kalurahan tersebut dibuat dengan total anggaran Danais sekitar Rp2,5 miliar dengan sistem pencarian anggaran berjenjang.

"Itu sebelumnya kan tanah kalurahan dan hamparan kosong. Akhirnya dikelola seperti itu dan managemennya dikelola oleh Bumkal Mangunan. Nama Bumkalnya Selo Aji," urai Aris.

Adapun nama angkringan sultan itu diambil dari sejarah lokal yang ada. 

Di mana, dahulu, terdapat Sultan Agung Nitik Siti Wangi. 

Dari situ kemudian pihaknya berinisiatif memberi nama angkringan sultan.

"Jadi, kami berharap ke depan di pengelolaan badan usaha ini bisa menjadi daya ungkit ekonomi dan daya ungkit pendapatan asli desa untuk kepentingan masyarakat," pungkas Aris. (Tribunjogja.com/nei)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved