Keracunan Massal Sleman

Investigasi Dinkes DIY Ungkap Dugaan Faktor Sanitasi di Balik Kasus Keracunan Massal di Sleman

Dinkes DIY menginvestigasi epidemiologi untuk mengidentifikasi penyebab keracun massal dalam acara pernikahan dan arisan di Sleman.

|
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
PENYEBAB KERACUNAN: Foto dok Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie. Dinkes DIY menginvestigasi penyebab keracunan di acara arisan dan pernikahan di Sleman, Senin (10/2/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM - Kasus keracunan massal yang terjadi di dua wilayah di Sleman, yaitu Krasakan, Lumbungrejo, Tempel, dan Tlogoadi, Mlati, tengah menjadi sorotan.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini melakukan investigasi epidemiologi untuk mengidentifikasi penyebab utama insiden yang menyebabkan ratusan warga mengalami gejala keracunan.

Kepala Dinkes DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengungkapkan bahwa evaluasi menyeluruh sedang berlangsung untuk memastikan faktor-faktor yang menjadi penyebab dalam kasus ini.

“Upaya dari kami pertama dilakukan evaluasi atau pemeriksaan epidemiologi. Kami ingin mengetahui penyebab pasti mengapa terjadi keracunan makanan. Apakah masalahnya ada pada sanitasi yang buruk atau memang makanan dibuat tanpa memenuhi standar yang ada,” ujarnya, Senin (10/2/2025).

Kasus keracunan massal di Sleman terjadi di dua wilayah. Pertama terjadi di Padukuhan Krasakan, Tempel, Sleman dalam acara pernikahan pada Sabtu (08/02/2024). 

Mayoritas korban mengalami keluhan diare dan demam. Beberapa diantaranya harus menjalani rawat inap di rumah sakit. 

Kasus kedua terjadi di Dusun Sanggrahan, Kalurahan Tlogoadi, Mlati, ketika puluhan warga mengalami mual, diare, dan nyeri sendi bahkan sebagian ada yang muntah setelah mengonsumsi siomay yang disajikan dalam sebuah pertemuan arisan, Sabtu (8/2/2025).

Berdasarkan analisis awal yang dilakukan Dinkes DIY, makanan yang dikonsumsi korban memiliki jeda waktu sekitar enam jam dari proses memasak hingga penyajian.

Hal ini membuka kemungkinan adanya kelalaian dalam menjaga kebersihan selama proses pengolahan dan distribusi makanan.

“Bisa jadi makanan dimasak terlalu pagi, atau sanitasi saat pengolahan kurang terkontrol. Apakah katering yang menyajikan makanan ini memiliki sertifikat layak sanitasi? Apakah penjamah makanan menjaga kebersihan saat mengolahnya?” tambah Pembajun.

Dinkes DIY menegaskan pentingnya sertifikasi higienitas dan sanitasi bagi penyedia jasa katering.

Sertifikat ini memastikan bahwa katering memahami dan menerapkan standar keamanan pangan, termasuk pengaturan waktu memasak dan penyajian yang tepat.

“Jika katering sudah memiliki sertifikasi, mereka akan memahami standar keamanan pangan, termasuk kapan harus memasak dan menyajikan makanan agar tetap dalam kondisi baik,” jelasnya.

Selain mengevaluasi kualitas makanan, Dinkes DIY juga memeriksa aspek lain seperti kondisi ruang pengolahan makanan, pencahayaan, kebersihan lingkungan, serta alat dan sarana transportasi yang digunakan untuk mengangkut makanan.

“Sarana transportasi juga penting. Makanan harus diangkut menggunakan kendaraan yang tertutup dan higienis. Selain itu, bahan mentah dan makanan jadi harus dipisahkan, bahkan harus keluar dari pintu yang berbeda untuk menghindari kontaminasi,” imbuh Pembajun.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved