Potensi Siklon Tropis 99S dan 90S di Perairan Gunungkidul, Nelayan Diimbau Tingkatkan Kewaspadaan 

Hasil rapat koordinasi cuaca ekstrem di DIY pada Sabtu (1/2/2025) lalu, disebutkan siklon tropis 99S terpantau berada di wilayah Samudra Hindia

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM / Alexander Ermando
WASPADA SIKLON TROPIS: Foto dok Nelayan Pantai Baron, Gunungkidul, Kamis (05/08/2021). Info terbaru BMKG menyebut adanya potensi cuaca ekstrem dampak angin siklon tropis pada awal Februari 2025 sehingga nelayan diminta waspada. 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta memperingatkan potensi cuaca ekstrem akibat dua bibit siklon tropis yang terpantau di wilayah perairan Indonesia. 

Dalam beberapa waktu ke depan Bibit Siklon Tropis 99S dan 90S diprediksi berdampak pada cuaca serta kondisi perairan di berbagai wilayah, termasuk area perairan Gunungkidul

Merespon hal ini, Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Gunungkidul, Wahid Supriyadi mengimbau nelayan meningkatkan kewaspadaan dalam menyikapi kondisi cuaca di masing-masing titik pendaratan ikan.

Ia menuturkan berdasarkan hasil rapat koordinasi cuaca ekstrem di DIY pada Sabtu (1/2/2025) lalu, disebutkan siklon tropis 99S terpantau berada di wilayah Samudra Hindia sebelah selatan Banten.

Sedangkan, siklon  90S terpantau berada  di wilayah Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat (NTB), yang diprediksi dalam 24-72 jam ke depan. 

"Adanya siklon tropis dengan kategori tinggi ini berpotensi menyebabkan pola belokan angin yang berpotensi meningkatkan curah hujan wilayah DIY, termasuk Gunungkidul, pada 5-6 Februari 2025," ujarnya pada Senin (3/2/2025).

Gelombang tinggi

Dia melanjutkan, adanya siklon tropis itu juga membuat tinggi gelombang laut di perairan Gunungkidul diprediksi dalam 3 hari ke depan berkisar 2,5-4 meter . 

Hal tersebut juga dibarengi dengan tekanan angin kencang sebagai dampak tidak langsung dari adanya dua siklon tropis tersebut.

"Maka dari itu, kami mengimbau kepada nelayan untuk menunda aktivitas melaut pada saat kecepatan angin diatas 15 knot atau gelombang dengan tinggi diatas 1,25 meter dan mengamankan perahu dan alat tangkap dari terjangan gelombang pasang yang mungkin terjadi," ujarnya.

Atas cuaca ekstrem ini, pihaknya pun meminta kepada nelayan untuk terus memantau kondisi cuaca sebelum pergi melaut, baik melalui kanal resmi BMKG, seperti situs web www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi info BMKG, atau menghubungi UPT BMKG yang ada di wilayah DIY.

"Dengan adanya potensi cuaca ekstrem ini, maka nelayan bisa menyesuaikan masing-masing titik pendaratannya. Karena ini  berbeda-beda kondisinya, tidak bisa dipastikan keamanannya karena  berubah seiring waktu, jadi  kebijaksanaan dan pengalaman dr masing-masing nelayan sangat diperlukan namun tetap mengindahkan peringatan dini yang telah diberikan," jelasnya.

Sementara itu, Kelompok Nelayan Baron, Mardi mengatakan saat ini para nelayan di wilayahnya masih beraktivitas seperti biasa. Sebab, cuaca dan gelombang laut dinilai masih memungkinkan untuk melaut. 

"Akan tetapi kami melaut hanya dilokasi yang dekat-dekat saja, tidak sampai jauh dari pantai. Karena, memang sudah ada imbauan terkait peringatan dini cuaca ekstrem tersebut," ungkap dia.

Dirinya pun mengaku akibat cuaca ekstrem yang melanda perairan Gunungkidul secara berturut-turut ini, cukup mempengaruhi hasil pendapatan para nelayan.

"Ya terakhir imbasnya hasil tangkapan tidak begitu memuaskan karena area penangkapan nelayan terbatas. Otomatis pendapatan ikut menurun," urainya (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved