Cerita Peternak Gunungkidul yang Harus Merugi dan Terlilit Utang  Imbas Wabah PMK 

Kematian hewan ternak itu membuat Suryadi merugi pasalnya hewan ternak  dibelinya dengan cara menyicil atau utang dari bank. 

Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
Sakiman (61), peternak sapi di Gunungkidul saat menceritakan wabah PMK yang menyerang sapinya,Selasa (7/1/2025) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Sejumlah peternak di Kabupaten Gunungkidul ikut terdampak imbas merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) sebulan terakhir ini.

Seperti yang dialami Suryadi (50), peternak sapi asal Padukuhan Polaman, Kapanewon Paliyan, Kabupaten Gunungkidul.

Dia kehilangan satu ekor sapi berusia 1 tahun 7 bulan yang mati akibat wabah PMK.

Kematian hewan ternak itu membuat Suryadi merugi pasalnya hewan ternak  dibelinya dengan cara menyicil atau utang dari bank. 

"Ya, biasanya kan untuk membeli hewan ternak minjam dulu ke bank, untuk pembayaran bisa dicicil. Seharusnya, sapi ini sudah siap jual dan hasil penjualannya bisa untuk menyicil, tapi yang namanya musibah sudah datang," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (7/1/2025).

Suryadi mengatakan saat ini hanya tersisa satu ekor sapi miliknya.

Dia mengaku bisa saja menjual sapi tersebut untuk menutupi utangnya, namun harga sapi saat ini sangat anjlok.

"Ya itu dilema, kalau mau dijual untuk bayar utang ya sama saja. Harga sapi sekarang cuma Rp6juta per ekor, padahal normalnya bisa di angka Rp17 juta per ekor. Makanya ini mencari cara agar bisa menutupi utang yang dari bank tersebut,"paparnya.

Baca juga: Pemkab Gunungkidul Belum Tutup Pasar Hewan di Tengah Penyebaran PMK, Ini Pertimbangannya 

Hal serupa juga diungkapkan peternak lain yakni Sakiman (61), dia mengatakan sebanyak 1 ekor sapi miliknya berusia siap panen mati akibat PMK. 

"Sama saya juga membeli sapi itu lewat utang juga, dan bayarnya dicicil. Ya, kalau sudah seperti ini mau tidak mau harus mencari cara untuk menutupi utang tadi,"ungkapnya.

Tak hanya itu, Sakiman pun terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk perawatan ternaknya yang lain agar tak terpapar PMK.

"Saya ada dua ekor lagi, Alhamdulillah masih sehat. Makanya ini harus intensifkan perawatan agar tak terpapar PMK. Dan, biaya yang dikeluarkan juga tak murah, karena harus membeli barang-barang tambahan mulai dari disinfektan, jamu sapi, vitamin, hingga obat-obatan yang lain,"tuturnya.

Dirinya pun berharap agar wabah PMK ini bisa segera berakhir dan harga sapi bisa normal kembali.

"Mudahan-mudahan bisa segera teratasi tidak sampai berlarut-larut. Harapannya bisa segera normal kembali," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved