Mengapa Bashar al-Assad Jatuh Sedemikian Cepat? 

Bashar al-Assad telah jatuh dari kekuasaannya. Ia dan keluarganya pergi meninggalkan bangsa dan negara yang selama 24 tahun dipimpinnya.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Hari Susmayanti
AFP Photo
Rezim Assad di Suriah Tumbang, Israel Keragkan Tank, Ada Apa Ini? 

Bashar al-Assad diminta menyusun proposal kontijensi, tapi tampaknya peringatan itu tidak didengar Bashar al-Assad.

Menteri Luar Negeri Iran melakukan reli politik tingkat tinggi bersama Menteri Luar Negeri Turki, guna membuat terobosan untuk menyelamatkan Damaskus. 

Tapi Bashar al-Assad memilih strategi lain, yang agaknya terkait janji-janji kekuatan Arab, ketika ia hadir di KTT Liga Arab dan OKI di Riyadh, Arab Saudi bulan lalu.

Merasa sudah berusaha maksimal sampai kesempatan terakhir, Teheran akhirnya memutuskan untuk tidak mencampuri urusan Suriah dan tidak mengirim bala bantuan.

Pemimpin Suriah itu akhirnya jatuh tanpa bisa tertolong lagi, meski pejabat tinggi Iran berusaha terus menyelamatkannya hingga saat-saat terakhir.

Sekarang, Teheran masih mencermati apa yang akan terjadi di Suriah, dan bagaimana konstelasinya saat kekuasaan berpindah ke kelompok penentang  Bashar al-Assad.

Dilihat dari konflik sebelumnya, Iran adalah kekuatan yang paling dibenci dan dimusuhi, baik oleh kelompok militan Suriah yang ISIS maupun non-ISIS.

Situasi sama secara relatif akan dialami pasukan Rusia yang diterjunkan di Suriah. Mereka dibenci dan dimusuhi kelompok-kelompok ini sepanjang kehadirannya.

Meski kelompok Hayat Tahrir al-Sham dalam retorikanya ingin menjalin hubungan baik dengan Moskow, situasinya pasti menegangkan.

Moskow pada fase terakhir agaknya sudah membiarkan kejatuhan Bashar al-Assad. Kemerosotan di semua sektor di kepemimpinan Bashar menyulitkan banyak hal.

Rusia tentu tidak ingin lebih Suriah daripada Bashar al-Assad, di saat mereka juga tengah berjuang melawan agresifitas NATO di Ukraina. 

Dalam perspektif lain, mengenai cepatnya kejatuhan Bashar al-Assad di Damaskus, sesungguhnya mulai bisa dibaca sejak Israel menewaskan Fuad Shukr, komandan militer Hizbullah Lebanon. 

Kematian Fuad Shukr itu menjadi tembakan salvo yang diikuti tumpasnya tokoh-tokoh penting Hizbullah, termasuk paling mengejutkan adalah tewasnya Sheikh Hassan Nasralah.

Penghancuran Distrik Dahiya secara masif oleh serangan udara Israel, perlahan meruntuhkan kemampuan organisasi ini baik sumber daya manusia, jaringan, dan kapabilitas tempurnya.

Ketika Hizbullah Lebanon menderita kerusakan parah, Israel menambahkan taktik penghancuran tiga jalur darat terpenting menghubungkan Suriah-Lebanon.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved