Kesaksian Petinggi Hamas Saat Israel Rudal Lokasi Negosisasi Gencatan Senjata, Ada 12 Roket

Serangan rudal Israel yang menghantam ibu kota Qatar, Doha, Selasa (9/9/2025), dinilai menandai babak baru eskalasi konflik.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Tangkapan layar YouTube NBC News
HAMAS BUKA SUARA - Tangkapan layar YouTube NBC News pada Kamis (18/9/2025) yang menampilkan wawancara eksklusif Matt Bradley dari NBC News dengan Pejabat senior Hamas, Ghazi Hamad pada November 2023. Salah satu tokoh penting dalam biro politik Hamas, Ghazi Hamad menceritakan detik-detik ketika rudal Israel menghantam ibu kota Qatar, Doha. 

TRIBUNJOGJA.COM – Serangan rudal Israel yang menghantam ibu kota Qatar, Doha, Selasa (9/9/2025), dinilai menandai babak baru eskalasi konflik.

Untuk pertama kalinya, Israel melancarkan serangan langsung ke wilayah Qatar, negara yang selama ini dikenal berperan sebagai mediator gencatan senjata Hamas–Israel.

Salah satu pimpinan biro politik Hamas, Ghazi Hamad, mengungkapkan bahwa serangan tersebut terjadi saat mereka tengah membahas proposal gencatan senjata dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

"Kami sedang rapat, bersama delegasi negosiasi dan beberapa penasihat. Kurang dari satu jam setelah kami mulai meninjau proposal Amerika yang kami terima dari mediator Qatar, kami mendengar ledakan keras," ujar Ghazi Hamad kepada Al Jazeera Arabic, Rabu (17/9/2025) dikutip dari Tribunnews.com.

Ledakan itu mengguncang kawasan elite West Bay Lagoon, pusat diplomatik yang menjadi lokasi kedutaan besar dan kantor internasional.

Dalam hitungan detik, suasana berubah mencekam.

 “Kami langsung meninggalkan lokasi kejadian, karena sejak awal kami tahu ledakan itu adalah tembakan Israel. Kami pernah tinggal di Gaza dan mengalami tembakan Israel sebelumnya,” tambah Hamad.

Serangan rudal tersebut menewaskan enam orang, termasuk lima anggota Hamas dan seorang pejabat keamanan Qatar.

Baca juga: Oknum Siswa di Sinjai Piting dan Pukuli Gurunya Saat Dipanggil ke Ruang BK

Di antara korban, tercatat putra dari pemimpin senior Hamas Khalil al-Hayya serta ajudan utamanya.

Meski demikian, para tokoh utama yang disebut sebagai target serangan, termasuk Khalil al-Hayya dan Khaled Meshaal, berhasil selamat.

Hamas menuding serangan ini sebagai upaya pembunuhan terhadap negosiator utama.

Menurut Hamad, Israel “tidak ingin ada gencatan senjata,” dan memilih kekerasan sebagai cara menggagalkan jalannya diplomasi.

“Penembakan itu begitu intens, situasinya mengerikan, dan roket-roket terus berjatuhan tanpa henti. Ada sekitar 12 roket dalam waktu kurang dari satu menit, tetapi atas kehendak Tuhan kami selamat dari agresi ini," katanya.

Serangan ke Doha memicu kecaman dari dunia Arab dan Islam.

Para pemimpin kawasan segera berkumpul dalam pertemuan puncak darurat di Doha.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved