Ini Hasil Survei Tim UGM di Lokasi Munculnya Sumber Air di Siraman

UGM melakukan survei di lokasi munculnya air di lahan kering milik warga di Padukuhan Siraman II, Kalurahan Siraman

Istimewa
Warga saat mencoba menguras air yang keluar dari lahan kering tersebut, pada Senin (7/10/2024) 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan survei di lokasi munculnya air di lahan kering milik warga di Padukuhan Siraman II, Kalurahan Siraman, Kecamatan (Kapanewon) Wonosari, Kabupaten Gunungkidul.

Guru Besar dalam bidang Ilmu Geomorfologi Fakultas Geografi UGM, Prof. Dr. Eko Haryono, M.Si., mengatakan hasil survei sementara yang dilakukan oleh  timnya dimungkinkan potensi munculnya air karena ada lorong goa yang dialiri air berada di bawah tanah.

Terbentuknya lorong goa ini merupakan fenomena yang biasa terjadi di kawasan batuan karst atau gamping.

"Fenomena munculnya air di kawasan karst atau kawasan batu gamping itu biasanya air itu  lewat celah-celah batuan,  kemudian  antara satu tempat dengan tempat lain keberadaan air itu tidak seragam, biasanya kalau di sini ada air, 1 meter atau 2 meter baru ada air lagi. Dari celah tadi terkadang bisa menutup atau muncul celah baru. Ketika celah itu  tertutup akan membentuk lorong goa yang dialiri air,"ujarnya kepada awak media usai melakukan survei di lokasi, Kamis (10/10/2024).

Dia melanjutkan, sedangkan munculnya air hingga ke permukaan lahan kering milik warga tersebut, dimungkinkan masih berhubungan dengan gempa yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul beberapa waktu lalu. 

Di mana, akibat goncangan gempa itu, lorong goa menjadi  runtuh  dan runtuhan itu membuat aliran air yang mengalir  di dalam tanah tadi menjadi terblok.

"Beberapa kali gempa ya kan, paling tidak itu 2-3 kali sebulan belakangan ini, kemungkinan ada lorong yang runtuh. Lorong yang runtuh ini kemudian nge-blok saluran air di bawah tanah. Hal ini memicu munculnya celah atau rekahan di atas tanah, sehingga air yang ter-blok tadi, memaksa keluar dari celah tersebut, sehingga muncul fenomena ini. Tadi kami lihat di sana memang ada celah dengan radiusnya yang ada itu lebarnya sekitar 2 meter dan panjangnya sekitar 1 meteran. Jadi kemungkinan seperti itu fenomenanya terjadi,"paparnya.

Selain itu, menurutnya ada kemungkinan lain yang juga berpotensi terjadi fenomena alam tersebut. Yakni, ada air di dalam tanah yang tertekan kemudian ada gempa , membuat bagian atasnya retak kemudian muncul sumber air baru.

"Jadi, untuk kepastian fenomena ini terjadi masih terus kami dalami. Karena, tadi kami hanya memakai alat seadanya saja, untuk memeriksa air,"paparnya.

Baca juga: Fenomena Langka, Cucuran  Air Muncul dari Lahan Kering Milik Warga di Gunungkidul 

Air Bisa Dikonsumsi 

Dia mengatakan, dari pemeriksaan air tersebut dipastikan air bukan rembesan dari septitanc. Air yang keluar merupakan air bersih dan bisa dikonsumsi.

"Airnya bersih bukan dari rembesan septitanc. Dan, menariknya di sekitar lokasi ada dua sumur kering, tetapi pasca kejadian ini ada satu sumur airnya mengalami kenaikan,"ucapnya.

Dia melanjutkan, dari survei pertama ini pihak berencana akan kembali lagi untuk melakukan survei lanjutan.

"Rencana kami akan membawa alat  khusus yang lebih canggih, untuk mendeteksi apakah di bawah ada lorong yang berbentuk vertikal, untuk memastikan apakah keberadaan airnya terjadi setelah gempa atau memang ada sungai dibawah tanah,"ujarnya.

Sementara itu, kerabat pemilik pekarangan Wadillah membenarkan tim UGM dan DLH Kabupaten Gunungkidul melakukan survei ke lokasi tersebut.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved