Cerita Guru Honorer di Cimahi Rela Memulung Karena Gajinya Tak Cukup untuk Penuhi Kebutuhan Keluarga
Sudah 36 tahun Pak Alvi menjalani profesi sebagai guru honorer di salah satu sekolah di Kota Cimahi.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Pak Alvi mengaku, setiap hari sepulang mengajar, dirinya mengumpulkan barang-barang bekas selama 4 jam.
Barang-barang rongsokan itu kemudian dikumpulkan di rumahnya sebelum dijual ke pengepul.
Pak Alvi menyebut barang-barang hasil memulungnya dijual setiap satu minggu sekali.
"Mulai pulang sekolah, jam 1 sampai jam 5 sore. Dijualnya per minggu, karena sehari tidak banyak," ucapnya.
Meski tak banyak, uang hasil penjualan barang bekas tersebut dinilai dapat membantu untuk menutup kebutuhan sehari-hari.
"Seminggu paling Rp 50 ribu, karena sekarang lagi murah juga," ujarnya.
Alvi tak menampik kerap bertemu para siswanya saat memulung barang-barang bekas.
Namun, dia mengaku tak merasa malu karena yang dilakukan bukanlah hal yang haram.
"Sering, bahkan seluruh pihak sekolah juga tahu, kalau ketemu salaman. Tidak malu. Menurut saya, mengajar dan memulung itu sama-sama mulia, halal," ucapnya. (*)
Guru Honorer Korban Mafia Tanah di Sleman Terus Berjuang, Kini Wadul ke Kejari |
![]() |
---|
Pencairan BSU untuk Pekerja dan Guru Honorer Tinggal Tunggu Permenaker, Diprediksi Cair Juni |
![]() |
---|
Bantuan Rp300rb per Bulan Untuk Guru Honorer Segera Cair |
![]() |
---|
KABAR GEMBIRA, Bantuan Rp 300 Ribu untuk Guru Honorer Non-ASN Cair Mulai Juli |
![]() |
---|
Guru Honorer Korban Mafia Tanah di Sleman Tanggapi Pernyataan BPN Sleman soal Blokir Sertifikat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.