Pembuangan Sampah ke Aliran Sungai di Kota Yogyakarta Semakin Massif, Didominasi Popok Bayi

Berdasarkan catatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, limbah popok bayi memdominasi buangan limbah ke aliran sungai

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUN JOGJA/Azka Ramadhan
Ilustrasi : sampah 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aktivitas pembuangan sampah liar menuju aliran sungai di wilayah Kota Yogyakarta masih saja dijumpai.

Berdasarkan catatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, limbah popok bayi memdominasi buangan limbah ke aliran sungai.

Ketua Tim Kerja Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup DLH Kota Yogyakarta, Endar Rohmadi, mengatakan fenomena pembuangan popok bayi terjadi merata di seluruh aliran sungai yang melintasi Kota Pelajar.

Mulai dari Sungai Code, Winongo, Gajahwong, sampai Manuggal, seluruhnya terkenda dampak negatif dari aktivitas terlarang tersebut.

"Menurut informasi dari satuan tugas kebersihan sungai, mayoritas (sampah yang dibuang ke sungai) itu popok bayi," katanya, Senin (16/9/2024).

Namun, secara keseluruhan, Endar mengungkapkan sepanjang tahun ini jumlah sampah yang dibuang di aliran sungai memang mengalami lonjakan yang signifikan.

Situasi darurat sampah sejak ditetapkan kebijakan desentralisasi, dimungkinkan membuat warga kembali nekat membuang sampah ke sungai.

Di Sungai Code misalnya, selama Januari-Agustus 2024 produksi sampahnya mencapai 55 ton.

Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, sampah yang terangkut hanya 45 ton saja.

Kemudian, di Sungai Winongo meningkat dari 5 ton menjadi 15 ton, di Sungai Manunggal melonjak dari 15 ton menjadi 25 ton, serta di Sungai Gajahwong naik dari 20 ton menjadi 30 ton.

"Untuk pembersihan sampah di sungai ini kami memprioritaskan jenis anorganik, karena berpotensi memberikan dampak buruk terhadap ekosistem sungai," terangnya.

Sedangkan untuk sampah organik yang masuk ke aliran sungai, seperti daun atau dahan pohon, sejauh ini masih bisa dipinggirkan ke tepian.

Menurutnya, keberadaan sampah organik itu perlahan akan membusuk dan terurai, sehingga tidak terlalu berdampak buruk bagi ekosistem sungai.

"Jadi, yang kami angkut sekarang hanya sampah-sampah anorganik atau residu saja, yang dibuang ke aliran sungai itu," terangnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved