Ada Udhik-Udhik, Ada Gunungan, Ini Makna Peringatan Grebeg Maulud Kraton Yogyakarta
Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati dengan upacara adat Grebeg Maulud di Kraton Yogyakarta.
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati dengan upacara adat Grebeg Maulud di Kraton Yogyakarta.
Grebeg digelar di pelataran Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Sejak pagi hari masyarakat dari berbagai daerah sudah memadati area Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta.
Bahkan beberapa ruas jalan sudah ditutup sejak pagi, seperti ke arah Timur Simpang Empat Taman Sari dan jalan Kauman.
Masyarakat memadati jalan ke arah Masjid Gedhe Kauman, mereka berjejer di pinggir-pinggir jalan untuk menyaksikan pasukan bregada yang membawa gunungan untuk Grebeg Maulud.
Sekitar pukul 11.00 WIB, gunungan sudah memasuki area pelataran Masjid Gedhe Kauman.
Warga yang sudah berkumpul, menantikan pembagian gunungan yang berisi sayur-sayuran seperti kentang, kacang panjang, cabai, hingga ketan.
Pengirit Urusan Pengkaji Kitab Kraton Yogyakarta, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Zuban Hadiningrat mengatakan Grebeg bertujuan untuk mengingat jasa-jasa Nabi Muhammad SAW.
"Nabi Muhammad telah mengubah masyarakat jahiliyah menjadi yang seperti sekarang ini," kata dia, Senin (16/9/2024).
"Para leluhur Keraton Yogyakarta menyuruh kita melestarikan peringatan kelahiran Rasulullah SAW untuk mengingat jasa-jasa beliau," imbuh Zuban.
Wakil Pengirit Pengkaji Kitab Keraton Yogyakarta, Raden Wedana Abdul Rahmanu menyampaikan, peringatan sekaten dan grebeg erat kaitannya dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW, yakni tuntunan untuk bersedekah.
"Banyak simbol atau makna filosofis yang diangkat dalam hajad dalem sekaten dengan sedekah yang diaktualisasikan melalui paring ndalem dengan memberikan Udhik-udhik," katanya.
Udhik-udhik memiliki makna sedekah dari Raja Keraton Yogyakarta untuk masyarakat dan juga abdi dalem Keraton Yogyakarta.
"Itu memiliki makna filosofis sedekah seorang raja kepada rakyatnya, wujud asah asih dan asuhnya Raja Ngayogyakarta kepada masyarakat. Dari sisi nominal tidak begitu signifikan amyang udhik-udhik itu berupa kepingan, tapi makna simbolis atau filosofinya amat mendalam," beber dia.
Sedekah kedua, lanjut dia, adalah Grebeg Maulud berupa pareden atau gunungan yang di dalamnya berisi hasil bumi seperti ketan, sayuran, dan buah-buahan.
Total ada 7 pareden yang dibagikan kepada masyarakat, 2 pareden diberikan di Pakualaman dan Kantor Gubernur DIY atau Kepatihan, sedangkan 5 pareden dibagikan di pelataran Masjid Gedhe Kauman.
"Ada gunungan putri satu yang masuk ke kuncungan masjid menjadi simbolisasi sedekah raja tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga abdi dalem," ujarnya. (Kompas.com)
| Soal Potensi Wanita Pimpin Kraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X: Republik Tak Bedakan Pria dan Wanita |
|
|---|
| Pagelaran Beksan Trunajaya Kraton Yogyakarta Hibur Sri Sultan dan Masyarakat |
|
|---|
| Dua Kereta Kencana Abad ke-19 Kembali Miyos di Kirab Trunajaya Keraton Yogyakarta |
|
|---|
| Setahun Pemerintahan Prabowo, Trah Sri Sultan HB II Desak Pengembalian Aset Rampasan Geger Sepehi |
|
|---|
| Fakta-fakta Kasus Penipuan Surat Kekancingan di DIY: Warga Kraton Tipu Korban hingga Rp 900 Juta |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.