GLOBAL VIEWS 

Perang Nuklir : Eropa atau Asia Dulu?

Perang di Ukraina kemungkinan besar akan naik level ketika Amerika memberi lampu hijau kepada Kiev untuk menggunakan rudal jarak jauh melawan Rusia.

Editor: Krisna Sumarga
TRIBUNJOGJA.COM
Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam Barat bahwa Rusia siap menghadapi perang nuklir jika Amerika Serikat mengirim pasukan ke Ukraina. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kabar menarik datang dari Washington. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon, memerintahkan studi simulasi dampak perang nuklir pada pertanian global.

Studi akan difokuskan pada wilayah di Eropa Timur dan Rusia Barat, yang tampaknya akan menjadi episentrum penyebaran senjata nuklir hipotetis dalam simulasi tersebut.

Proyek tersebut akan dipelopori Korps Zeni Angkatan Darat AS dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Reka Teknik (ERDC).

Dalam situs layanan pengadaan program pemerintah, ERDC telah memilih Terra Analytics, sebuah perusahaan yang berbasis di Colorado yang mengkhususkan diri dalam visualisasi dan analisis data tingkat lanjut.

Kontraktor potensial lainnya diundang untuk berbagi proposal jika mereka dapat menyediakan layanan serupa.

Pemberitahuan tersebut mencantumkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh kontraktor, seperti menyediakan personel, peralatan, fasilitas, pengawasan, dan hal-hal lain yang diperlukan.

Kontraktor perlu memasukkan pemetaan udara dalam simulasi dan memodelkan skenario di mana peristiwa nuklir yang tidak merusak terjadi. Biaya kontrak telah ditetapkan sebesar $34 juta.

Baca juga: Potensi Besar Terjadi Perang Nuklir, Jika Putin Ubah Doktrin Rusia

Baca juga: Rusia Siap Perang Nuklir Jika AS Terlibat Langsung di Ukraina

Baca juga: Rusia Siap Incar Negara-negara NATO Penyimpan Senjata Nuklir AS

Apa maksud dan tujuan Pentagon menggunakan studi simulasi tersebut. Mengapa pula studinya diarahkan ke Eropa Timur dan Rusia Barat?

Meski mungkin riset simulasi ini bertujuan positif dan bermanfaat untuk semua pihak, namun meninggalkan tanda tanya besar, mengingat muncul bersamaan meningkatnya potensi perang nuklir.

Perang di Ukraina kemungkinan besar akan naik level ketika Amerika memberi lampu hijau kepada Kiev untuk menggunakan rudal jarak jauh melawan Rusia.

Persetujuan itu otomatis akan meningkatkan respon atau balasan Rusia jika Ukraina benar-benar menggempur target jauh di dalam wilayah Federasi Rusia.

Semisal rudal-rudal kiriman Amerika, Inggris dan Prancis itu menghantam kota-kota besar seperti Sankt Petersburg, Murmanks, atau Moskow.

Perang regional otomatis menjadi terbuka melibatkan kekuatan di luar Ukraina, entah itu Amerika, Inggris, Jerman, atau anggota NATO lain.

Sebab, Ukraina tidak mungkin menembakkan rudal jarak jauh buatan barat itu tanpa bantuan sistem penembakan berbasis telekomunikasi dan satelit pemandu posisi atau GPS.

Tahun lalu, Rusia memindahkan beberapa senjata nuklir taktis ke wilayah Belarusia, sekutunya yang berbatasan dengan Ukraina dan negara-negara anggota NATO seperti Polandia, Latvia, dan Lituania.
Tahun lalu, Rusia memindahkan beberapa senjata nuklir taktis ke wilayah Belarusia, sekutunya yang berbatasan dengan Ukraina dan negara-negara anggota NATO seperti Polandia, Latvia, dan Lituania. (TRIBUNJOGJA.COM)

Banyak ahli telah memperingatkan konfrontasi langsung antara Rusia dan blok militer yang dipimpin Amerika dapat mengakibatkan bencana nuklir.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved