Eksplorasi Tubuh dan Jiwa, The Life of Butoh Sajikan Spektakuler Seni Pertunjukan Kontemporer

Para seniman Butoh berhasil menyajikan pertunjukan yang memukau dengan gerakan-gerakan yang penuh makna dan simbolisme

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM/Istimewa
Eksplorasi tubuh dan jiwa yang luar biasa dalam acara "The Life of Butoh" di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) selama lima hari, 4-8 September 2024. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) selama lima hari, 4-8 September 2024, menjadi saksi bisu dari eksplorasi tubuh dan jiwa yang luar biasa dalam acara "The Life of Butoh". 

Para seniman Butoh, baik dari Indonesia maupun Jepang, berhasil menyajikan pertunjukan yang memukau dengan gerakan-gerakan yang penuh makna dan simbolisme.

Mulai dari tarian tradisional Jepang yang anggun hingga eksplorasi tema-tema universal seperti kehidupan, kematian, dan cinta, setiap pertunjukan memiliki karakteristik yang unik dan mampu memikat penonton dari berbagai kalangan.

Kolaborasi antara musik tradisional dan kontemporer, serta penggunaan properti yang tidak konvensional, semakin memperkaya estetika pertunjukan.

Salah satu hal yang menarik dari acara ini adalah keberagaman gaya dan tema yang disajikan.

Para seniman Butoh berhasil menunjukkan bahwa seni ini tidak terpaku pada satu bentuk atau gaya tertentu, tetapi terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman.

Pada hari pertama, "The Life of Butoh” dimulai dengan penampilan dari Fitri Setyaningsih, diikuti oleh Jun Amanto, seniman Butoh asal Jepang, yang membawakan pertunjukan tentang interaksi antara laki-laki dan perempuan.

Selanjutnya, Mugiyono Kasido dari Indonesia mempersembahkan karya "Bayu Angkasa," yang menggabungkan alat musik khas Banyumasan dengan elemen cerita Mahabharata dalam eksplorasi nafas kehidupan. 

Baca juga: Berita Duka, Profesor Pisang Asal Bantul Berpulang, Sempat Dirawat di RSUD Panembahan Senopati

Kemudian ada penampilan Neiro dan Mutsumi Yamamoto dari Jepang yang menakjubkan.

Pertunjukan hari pertama ditutup oleh Rianto, yang mengkolaborasikan kesenian Jawa dengan Butoh untuk menggambarkan perjalanan tubuh. 

Hari kedua menampilkan penampilan dari Rina Takahashi, Broto Wijayanto, Anter Asmotorotedjo, Minoru Hideshima, dan Endy Baroque. 

Rina Takahashi menyuguhkan pertunjukan tradisional Jepang, sementara Broto Wijayanto mempersembahkan "Mong Mong Mong Mong," melibatkan seniman difabel dalam karya tersebut. 

Anter Asmotorotedjo mengeksplorasi tema manusia terperangkap dalam lingkaran tak berujung, dan Minoru Hideshima, sebagai generasi pertama Butoh, menampilkan karya tentang murid yang tidak pernah tersenyum. 

Pameran poster Butoh tersaji apik dengan memberikan pengunjung edukasi mendalam tentang sejarah dan perkembangan Butoh. 

Pameran ini juga menghadirkan dokumentasi dari pertunjukan Butoh tahun 2009 di Yogyakarta.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved