Kisah Inspiratif
Dosen UGM Kembangkan Metode Ember Tumpuk untuk Olah Sampah Organik secara Berkelanjutan
Ember tumpuk sendiri merupakan alat pemrosesan pupuk yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bau tak sedap dari sampah organik.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
Selain digunakan untuk mengelola sampah agar tidak berbau dan menghasilkan pupuk lindi, sisa sampah organik yang berada di ember atas dapat dimanfaatkan dengan adanya maggot.
Maggot ini berasal dari lalat Black Soldier Fly (BSF) yang akan membantu pengomposan sampah lebih cepat, serta dapat dimanfaatkan sebagai pakan dari ternak.
“Tapi dengan adanya maggot itu lebih cepat lagi, karena maggot itu perutnya banyak, mikroba banyak enzim. Jadi kayak cacing itu loh, kan banyak kandungannya yang apa di dalamnya yang membantu penguraian,” terang Nasih.
Nasih kemudian menjelaskan bahwa ember tumpuk ini dapat dimanfaatkan di pedesaan, karena masih banyak ladang dan banyak kebutuhan pupuk di masyarakat. Sedang, sampah tersebut berasal dari kota.
Menurutnya, jika dikembangkan lebih masif maka akan tercipta kerja sama antara kota dan desa dalam pengelolaan sampah .
“Sampah dari kota diolah di desa yang kemudian dapat digunakan untuk mempersubur tanah perkebunan di desa, yang nanti akan dijual dan dimanfaatkan lagi di kota, jadi akan tercipta hubungan timbal balik yang baik dalam pengelolaan sampah ini,” paparnya.
Selanjutnya, ide dari ember tumpuk ini menurutnya dapat dikembangkan menjadi skala yang lebih besar, seperti menggunakan reaktor besar atau bak.
Fakultas Pertanian juga membuka besar kesempatan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak.
Ia pun mengungkapkan gagasanya, bahwa UGM dapat bekerja sama dengan desa dengan memberikan pelatihan dan fasilitasi kepada desa untuk mengelola sampah dari UGM , yang kemudian hasil perkebunan itu dapat dibawa kembali ke UGM .
Adanya inovasi pengembangan Ember Tumpuk ini dengan bahan yang mudah didapat dan dibuat, Nasih mengharapkan metode pengelolaan sampah ini bisa populer di masyarakat, agar lebih banyak yang bisa terlibat di dalamnya.
“Fungsinya sebetulnya biar semua orang itu mengenal namanya sampah, bisa mengolah, kan murah itu. Semakin banyak orang terlibat, semakin baik,” pungkasnya. ( Tribunjogja.com )
Baca Buku Bonus Sayur, Cara Karang Taruna Margoyoso Magelang Kerek Minat Baca |
![]() |
---|
Cerita Anak Bintara Brimob Polda DIY Raih Adhi Makayasa AAU 2025 |
![]() |
---|
Cerita Juara 1 Lomba Kepala Sekolah Berprestasi Jenjang SMP 2025, Kampanye Soal Ini |
![]() |
---|
Dari Enceng Gondok Jadi Peluang Kerja: Cerita Aiptu Sukirja Rintis Usaha Kerajinan |
![]() |
---|
Kisah Percetakan di Kulon Progo Cetak hingga 10 Juta Amplop Saat Lebaran |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.