Kontroversi Chattra Candi Borobudur 

Tim BRIN Persiapan Pasang Chattra di Stupa Puncak Borobudur 

Wiwit Kasiyati, mengatakan pembongkaran chattra saat ini dilakukan untuk mendukung kajian teknis dan Detal Engineering Design (DED).

|
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
Candi Borobudur dan stupa induknya yang tanpa ornamen chattra sebagai hasil pemugaran sejak 1907-1911 dan dilanjutkan pada 1973-1983 dilihat dari arah barat daya per Kamis (5/9/2024). Stupa induk itu kemungkinan akan berubah jika chattra dipasang dalam waktu dekat ini. 

Menurutnya mengutip pendapat Prof Dr Soekmono, stupa induk Borobudur tidak memiliki chattra, meskipun ada relief di candi ini yang memperlihatkan bentuk chattra

Arkeolog dan ahli sejarah Dr Daud Aris Tanudirjo mengingatkan para pihak mengenai sikap dan pendapat para ahli yang hingga hari ini belum ada kata putus tentang chattra Borobudur. 

Jika ada pihak yang ingin memaksakan kehendak memasang chattra di stupa induk Borobudur, maka sebaliknya harus ada kajian final yang komprehensif.

Di kalangan Budhis pun menurut Daud Tanudirjo juga pendapatnya masih terbagi. Ada yang ingin cahttra dipasang, tapia da juga yang menganggap tidak perlu dipasang di Borobudur.

Sebab, kata Daud Tanudirjo, kehadiran chattra di stupa puncak Borobudur bisa mempengaruhi otentisitas bangunan itu.

Secara arkeologi, tidak ada bukti kongkret di stupa puncak itu pernah dipasangi simbol payung.

Jika dipaksakan, hal ini bisa berpengaruh ke status Borobudur sebagai World Heritage UNESCO.

Polemik Lama 

Chattra di stupa induk Candi Borobudur menjadi polemik selama puluhan tahun, sejak Theodore van Erp merestorasi candi Budha itu pada tahun 1907 hingga 1911. 

Chattra hasil rekonstruksi van Erp pada tahun 1931 sempat dipasang di stupa  induk, tapi diturunkan kembali. 

Theodore van Erp merasa ragu menyusul kritik dan kontroversi apakah Candi Borobudur berchattra atau tidak. 

Van Erp mengganggap belum memiliki dasar dan bukti-bukti kuat di stupa puncak pernah ada chattra atau simbol payung di bangunan suci Budhist. 

Dalam khasanah bangunan suci Budhist, chattra merupakan bagian dari stupa yang berbentuk payung bersusun tiga. 

Letak chattra berada paling atas. Secara umum, stupa tersusun dari alas membulat yang ditinggikan dan diletakkan di bawah kubah.

Lalu pada bagian atas kubah terdapat harmika atau tanah berpagar juga as roda atau batang untuk menopang chattra

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved