Kontroversi Chattra Candi Borobudur
Tim BRIN Persiapan Pasang Chattra di Stupa Puncak Borobudur
Wiwit Kasiyati, mengatakan pembongkaran chattra saat ini dilakukan untuk mendukung kajian teknis dan Detal Engineering Design (DED).
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Muhammad Fatoni
Chattra menurut Stanley Khu berpotensi untuk secara simbolik mewakili imajinasi kolektif umat Buddhis tentang ruang sakral mereka.
"Patut diingat bahwa dalam tradisi keagamaan manapun, ruang sakral berikut ornamen-ornamen pelengkapnya sebagai aspirasi umat serta bangkitnya kesadaran dan kepedulian pemuda-pemudi Buddhis di Indonesia terhadap isu chattra dan kemungkinan pemasangannya di stupa Borobudur dapat dibaca sebagai kebutuhan mendasar umat beragama untuk membayangkan sebuah cara hidup ideal yang bajik dan bermakna, baik bagi diri mereka maupun pihak lain, " terangnya.
Sementara menurut Prawirawara Jayawardhana, chattra memiliki catatan sejarah dan dasar filosofi yang sangat jelas serta mendalam di dalam Buddhisme. Keutamaan itu terbukti baik menurut tradisi teks Pali maupun Sanskrit, maupun Sutrayana dan Tantrayana.
“Konsep payung sebagai pelindung bagi makhluk-makhluk suci, bisa ditemukan antara lain mulai dari Mucalindasuttam, hingga Lalitawistara Sutra, Gandawyuha Sutra, Karmawibhangga Sutra, Jatakamala hingga berbagai kisah di dalam Awadana. Dan kebetulan sekali pula, Candi Borobudur menyimpan catatan atas sutra-sutra tersebut dalam bentuk ukiran-ukiran relief di dindingnya,” terang Prawirawara.
Dia menyoroti selama ini, polemik pemasangan chattra hanya dibahas dari satu sisi keilmuan arkeologi.
Menurut dia, sudah saatnya jawaban atas polemik ini juga dicari dari sisi filosofis Buddhisme itu sendiri karena pada dasarnya Candi Borobudur itu adalah dibangun berdasarkan filosofi Buddhisme.
Sedangkan penulis buku Hendrick Tanuwijaya menyampaikan chattra adalah simbol dari 'cakrawatin' atau pemimpin yang bisa menyejahterakan rakyatnya secara duniawi dan spiritual.
Menurut dia, kalau chattra terpasang maka akan menjadi spirit kuat dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045.
"Kita akan menjadi anak muda emas dalam istilah Buddhis kita sebut Cakrawatin Emas menuju kejayaan," ujarnya.
Dengan menaikkan chattra di Candi Borobudur, tandas Hendrick, sejatinya menjadi simbol tekad umat untuk mencapai cita-cita Indonesia emas.
Dengan dipasangnya chattra melambangkan Borobudur kembali bukan monumen mati namun monumen hidup yang bisa digunakan dan juga sebagai pusat peradaban.
(Tribunjogja.com/Setya Krisna Sumarga)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.