Pilkada Kota Yogyakarta 2024

Hadiri Deklarasi Afnan-Singgih untuk Pilkada Kota Yogyakarta 2024, Ini Pesan Herry Zudianto

Pasangan Afnan-Singgih secara resmi diusung koalisi gabungan 8 parpol sekaligus, untuk mengarungi Pilkada Kota Yogyakarta 2024.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Azka Ramadhan
Mantan Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudianto, selepas menghadiri deklarasi Afnan-Singgih, Selasa (27/7/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mantan Wali Kota Yogyakarta dua periode (2001-2011), Herry Zudianto, muncul dalam deklarasi pengusungan M Afnan Hadikusumo dan Singgih Raharjo, Selasa (27/8/2024).

Sebagai informasi, pasangan Afnan-Singgih secara resmi diusung koalisi gabungan 8 parpol sekaligus, untuk mengarungi Pilkada Kota Yogyakarta 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Herry pun menyatakan dukungannya untuk Afnan-Singgih, yang diyakini bisa menjadi kepala pelayanan yang baik untuk warga masyarakat Kota Yogya.

Namun, ia menyatakan tidak mau menggurui, karena zaman sudah berubah, di mana periode awal 2000-an tidak bisa disamakan dengan era sekarang.

"Zaman sudah berbeda, saya tidak mau menggurui. Tapi, saya berharap, Pak Afnan dan Pak Singgih bisa menjadi kepala pelayanan yang baik untuk masyarakat Kota Yogya," tandasnya.

Menurutnya, kodrat Wali Kota sebagai kepala pelayanan, mengharuskan figur paslon untuk mewakafkan dirinya secara penuh bagi kepentingan publik.

Baca juga: 8 Parpol Deklarasikan Pengusungan Afnan-Singgih di Pilkada Kota Yogya 2024

Sehingga, seorang kepala daerah jangan pernah merasa bisa menguasai dan mengabaikan kepentingan rakyat untuk memenuhi ego pribadi.

"Jadi kepala daerah itu merupakan wakaf kita. Pasti bicaranya apa yang bisa kita berikan, bukan apa yang kita peroleh," ungkapnya.

"Janhan merasa bisa menguasai. Kedepankan komunikasi dengan warga. Karena potensi Kota Yogya itu luar biasa besar. APBD kalah, kalau masyarakat sudah gerak," urai HZ.

Meski demikian, Herry menegaskan bahwa dirinya tidak akan terlibat secara intens di dalam tim pemenangan Afnan-Singgih.

Ia mengungkapkan, perubahan zaman yang semakin berkembang, serta faktor usia yang sudah tidak muda lagi, menjadi pertimbangan utama.

"Nggak, wes ketuaan (sudah terlalu tua). Saya mungkin nanti jadi penasihat saja. Kalau ketua itu kan soal teknis, strategi pemenangan dan sebagainya. Yang muda-muda lebih pintar lah," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved