Pemda DIY Siapkan Dana Darurat Antisipasi Meluasnya Dampak Kekeringan

Anggaran khusus ini dialokasikan untuk membantu daerah-daerah yang mengalami kesulitan akibat kekurangan air, terutama di sektor pertanian.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Humas Pemda DIY
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X dalam acara ramah tamah bersama Paskibraka DIY di Kompleks Kepatihan, Senin (19/8/2024). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah menyiapkan dana darurat untuk menghadapi ancaman kekeringan yang semakin serius.

Anggaran khusus ini dialokasikan untuk membantu daerah-daerah yang mengalami kesulitan akibat kekurangan air, terutama di sektor pertanian.

"Kita juga punya itu (anggaran penanggulangan bencana kekeringan), njagani (berjaga) kabupaten kota jebol anggarane, kita bisa ikut membantu," kata Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X. 

Sultan mengatakan, kabupaten dan kota dapat mengajukan bantuan ke Pemerintah DIY untuk mengakses anggaran tersebut. 

"Tapi hakikatnya kita diminta, karena kami juga harus mempertanggung jawabkan pemeriksaan BPK kan gitu.. Kalau dia tidak minta kok diberi kan salah, kan duit bukan dari kantong kita harus dipertanggung jawabkan," imbuh Sultan.

Akan tetapi untuk besaran anggaran Ngarsa Dalem belum memyampaikannya secara gamblang. 

Di sisi lain, keluarnya siaga darurat kekeringan oleh Gubernur juga berdasarkan permintaan dari pemerintah kabupaten dan kota. 

"Keluarnya keputusan gubernur pun berdasarkan permintaan dari daerah mana, untuk apa. Itu aspek administratif yang harus dipertanggungjawabkan ke BPK," jelas Sri Sultan HB X.

Baca juga: Sri Sultan HB X Ajak Anggota Paskibraka DIY Jaga Semangat Nasionalisme

Terpisah  Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Andi Nawa Candra, mengatakan sejak Mei sampai Juni 2024, banyak petani yang beralih ke tanaman palawija karena kondisi kekeringan

"Kekeringannya kemarin bulan Mei-Juni, sekarang semua sudah tanam palawija jadi sudah tidak ada kekeringan padi," ujarnya, Senin (19/8/2024). 

Lebih lanjut dijelaskannya, pada Juli dampak kekeringan dirasakan pada komoditas padi terutama di lahan tadah hujan yang tidak ada irigasinya. 

"Gagal panen atau puso akibat kekeringan pada tanaman padi ada beberapa di wilayah Gunungkidul yang merupakan lahan tadah hujan," ujar dia.

Akan tetapi untuk detail luasnya ia tidak menjelaskan secara rinci.

"Detail luasan bisa ditanyakan ke kabupaten," kata dia. 

Andi menambahkan, untuk penanganan dilakukan dengan cara menyedot air dengan pompa air jika masih ada air di sekitar sawah. 

"Memanfaatkan pompa air bila masih ada sumber air untuk menyelamatkan pertanaman yang memasuki fase generatif," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved