Modifikasi Cuaca Jadi Harapan Baru Atasi Kekeringan di DIY
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meminta bantuan BNPB untuk segera melaksanakan teknologi modifikasi cuaca.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - BPBD DIY terus berupaya keras mengatasi dampak kekeringan yang semakin parah.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meminta bantuan BNPB untuk segera melaksanakan teknologi modifikasi cuaca.
Harapannya, hujan buatan dapat segera turun dan meringankan beban masyarakat yang kesulitan air.
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengajukan permohonan modifikasi cuaca sejak status siaga darurat kekeringan ditetapkan pada awal Agustus.
Hingga saat ini, BPBD DIY masih menantikan persetujuan dan jadwal pelaksanaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Sampai hari Senin (12/8/2024), kami belum menerima informasi lebih lanjut mengenai waktu pelaksanaan modifikasi cuaca," tegas Noviar.
Ditambahkannya, permintaan modifikasi cuaca oleh daerah memang akan diklasifikasikan oleh BNPB wilayah mana yang paling membutuhkan atau harus diprioritaskan untuk segera diberikan bantuan, sebab permintaan datang tidak hanya dari DIY saja.
"Yang kekeringan kan banyak juga dari daerah lain, jadi itu juga dibedah BNPB mana yang paling prioritas," ungkapnya.
Apabila permintaan modifikasi cuaca DIY disetujui, lanjut Noviar, nantinya pihaknya akan berkoordinasi lebih lanjut untuk menetapkan kabupaten mana yang harus mendapatkan perhatian lebih dulu.
"Sebab modifikasi cuaca itu tidak bisa secara keseluruhan langsung se DIY, harus ada daerah khusus dengan kondisi awan yang juga khusus," jelasnya.
Baca juga: DIY Mulai Rencanakan Penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Atasi Kekeringan
Terpisah, Stasiun Klimatologi DIY menyatakan, berdasarkan pengamatan pihaknya diprediksi tiga dasarian ke depan (dasarian II Agustus - I September 2024) curah hujan di wilayah setempat berkisar antara 0 - 10 mm dengan kriteria rendah dan sifat hujan yang bervariasi.
Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas, mengatakan dalam tiga bulan ke depan yakni Agustus-Oktober curah hujan di wilayah DIY diprediksi masih berintensitas rendah-menengah.
Pada Agustus ini curah hujan diprediksi berkisar 0 - 50 mm (kriteria rendah) dengan sifat hujan bervariasi.
"Kemudian September 2024 diprediksi berkisar 21 - 150 mm (kriteria rendah - menengah) dan Oktober 2024 diprediksi berkisar 51 - 300 mm (kriteria rendah - menengah)," terangnya.
Reni menyebut, puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024 dan akhir musim kemarau pada September dasarian I hingga dasarian III.
Ia mengimbau pemerintah daerah, institusi terkait dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak puncak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis. (*)
Kemarau Basah, Gunungkidul Masih Aman dari Ancaman Kekeringan |
![]() |
---|
Lima Desa di Klaten Alami Kekeringan, Warga Minta Kiriman Air Bersih |
![]() |
---|
BPBD Kulon Progo Siapkan 100 Tangki Air Bersih, Dua Wilayah Sudah Ajukan Dropping Air |
![]() |
---|
Laporan BPBD DIY soal Dampak Hujan Deras Disertai Angin di Yogyakarta dan Sekitarnya |
![]() |
---|
Musim Kemarau, Waspada Potensi Kebakaran Lahan hingga Kekeringan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.