Penghayat DIY Berkembang Pesat, Dukungan Pemerintah Beri Ruang dan Kepercayaan Diri

Hal ini berkat dukungan pemerintah yang memberikan ruang bagi mereka untuk menunjukkan identitas dan kepercayaan mereka. 

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sekretaris Pusat Sanggar Sapta Dharma DIY, Suharto, menyampaikan bahwa perkembangan Penghayat di DIY mengalami kemajuan pesat.

Hal ini berkat dukungan pemerintah yang memberikan ruang bagi mereka untuk menunjukkan identitas dan kepercayaan mereka. 

"Kami juga mendapatkan hak untuk merilis kepercayaan kami, sehingga jadi kami lebih percaya diri untuk menunjukan siapa kami sebenarnya," kata Suharto dalam audiensi dengan Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, pada Selasa (23/7/2024). 

Suharto menambahkan bahwa sertifikat hak milik yang diperoleh Sanggar Sapta Dharma memberikan kenyamanan dalam melakukan ibadah dan mendukung program pemerintah dalam pembinaan mental spiritual masyarakat. 

Dijelaskannya, Sanggar Sapta Dharma DIY memiliki 3 lembaga, yaitu Lembaga Tuntunan, Lembaga Persada, dan Lembaga Yayasan. 

Masing-masing lembaga memiliki peran berbeda dalam menjalankan fungsi Sanggar Sapta Dharma. 

Ditambahkannya, DIY menjadi pusat Sanggar Sapta Dharma, dengan 4 kali kegiatan yang diselenggarakan dalam 1 tahun, dihadiri oleh perwakilan dari 11 provinsi. 

Baca juga: Sri Sultan HB X Kunjungi ARTJOG, Apresiasi Karya Seni dan Beri Masukan Penting

"Sejauh ini dukungan dari pemerintah sudah sangat baik dan saya berterima kasih kepada Pemerintah DIY sudah support kegiatan kami di Surokarsan," tutup Suharto.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, menekankan pentingnya menanamkan empati dan kecerdasan spiritual pada generasi muda.

Sri Paduka, sapaan akrab KGPAA Paku Alam X, mengatakan bahwa intelektualitas saja tidak cukup.

Generasi muda juga perlu dibekali dengan kecerdasan spiritual agar memiliki rasa hormat terhadap etika dan budaya luhur bangsa. 

"Anak-anak zaman sekarang terbiasa dengan gadget, sehingga terkadang kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Penting untuk menanamkan empati kepada mereka, tidak hanya dalam konteks adat Jawa, tapi juga secara universal," jelas Sri Paduka. 

Lebih lanjut, KGPAA Paku Alam X berpesan kepada anggota Sanggar Sapta Dharma DIY untuk tidak melupakan etika, empati dan saling menghormati, terlepas dari agama dan keyakinan mereka. 

"Bagaimana semuanya diberi pemahaman, terutama kepada anak-anak untuk dapat meningkatkan kualitas diri. Jangan menjadi otoriter, dan tetap jaga budaya dan adat istiadat," pesan Sri Paduka. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved