Siswa SMAN 1 Cawas Meninggal Kesetrum

Kata Polisi dan Pihak Sekolah soal Kondisi Satu Siswa SMAN 1 Cawas yang Ikut Tersetrum di Kolam

Selain korban yang meninggal dunia, dari insiden itu juga ada satu korban yang mengalami sesak napas hingga dirawat di rumah sakit terdekat.

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/Dewi Rukmini
Kapolsek Cawas, AKP Umar Mustofa, menyebut satu siswa yang sempat menolong korban FN, masih dirawat di rumah sakit, Kamis (11/7/2024). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Perayaan kejutan ulang tahun untuk FN (18), siswa sekaligus Ketua Osis SMAN 1 Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, berujung duka.

Pemuda warga Dusun Sanggrahan, Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, itu meninggal dunia tersetrum listrik saat diceburkan ke kolam ikan taman sekolah. 

Peristiwa nahas itu menimpa korban tepat di hari ulang tahunnya.

Korban FN pun menghembuskan napas terakhir saat baru saja menginjak usia 18 tahun pada 8 Juli 2024. 

Selain korban yang meninggal dunia, dari insiden itu juga ada satu korban yang mengalami sesak napas hingga dirawat di rumah sakit terdekat.

Korban berinisial AD (17), sebelumnya disebut D, warga Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, itu ikut tersetrum saat berusaha menolong FN. 

Kapolsek Cawas, AKP Umar Mustofa, mengatakan hingga Rabu (10/7/2024) malam, korban AD masih dirawat di rumah sakit.

Disebutkan, sebelumnya bahwa korban AD telah mendapatkan perawatan berupa alat bantu pernafasan oksigen. 

"Saat ini masih di rumah sakit. Kondisinya memang sudah tidak memakai alat bantu pernafasan oksigen. Sudah membaik daripada saat awal dirawat," ungkap AKP Umar kepada Tribunjogja.com. 

Baca juga: Kesaksian Siswa dan Detik-detik Ketua OSIS SMAN 1 Cawas Tewas Tersetrum di Kolam Sekolah

Kendati demikian, Umar mengungkapkan kondisi korban belum sepenuhnya stabil.

Sebab, korban masih sulit menggerakkan anggota tubuh bagian kaki dan tangan.

"Kalau informasi dari orangtua korban, anggota tubuh bagian kaki dan tangan korban masih kaku. Dia juga masih kayak trauma, sehingga kami masih belum bisa mengumpulkan klarifikasi (keterangan)," paparnya.

Terpisah, Kepala SMAN 1 Cawas, Arik Sulistyorini, membenarkan bahwa satu siswa masih berada dalam pengawasan perawat di rumah sakit. Meskipun kondisinya mulai membaik.

"Kondisinya mulai membaik di rumah sakit, hanya masih dalam pengawasan perawat dan anak itu seperti depresi," kata Arik. 

Dijelaskan, anak tersebut sempat mendengar kabar bahwa temannya, FN, meninggal dunia. Sehingga sempat menangis histeris. 

"Anak itu sempat teriak-teriak karena temannya tidak ada (tewas). Saya sudah minta sekolah untuk mendampingi karena dari sisi psikologis memang butuh pendampingan," ujarnya. 

Arik menyebut, semua siswa yang terlibat dalam insiden itu masih dalam kondisi syok. Mereka tidak menyangka kejutan yang diberikan saat ulang tahun malah berakibat fatal. 

"Semuanya syok, tidak hanya anak-anak tapi para guru juga," tutur dia.

Evaluasi Sekolah

Lebih lanjut, Arik mengatakan kejadian tersebut berada di luar kuasa sekolah.

Dia menyebut kolam ikan dan instalasi listrik sudah ada di sekolah sejak 20 tahun lalu. 

"Kejadian itu di luar kuasa sekolah. Mohon maaf, sekolah bukan mau cuci tangan, cuman kami memang tidak menyangka bakal terjadi kejadian seperti itu. Semua kejadian tidak terduga," kata Arik.

"Selama 20 tahun kolam itu ada di sekolah, tidak pernah terjadi apa-apa. Begitu juga dengan keberadaan instalasi listrik dan pompa air yang terpasang seperti itu, tidak terjadi apa-apa. Perayaan ulang tahun, juga tidak pernah kejadian seperti itu," tambahnya. 

Baca juga: TRAGEDI Siswa SMA Negeri 1 Cawas Kesetrum dan Meninggal 8 Juli 2024, Tepat di Hari Ulang Tahun ke-18

Kendati demikian, Arik menyebut kejadian itu menjadi pembelajaran dan evaluasi ke depan.

Pihaknya berharap peristiwa serupa tidak terjadi lagi.

Tidak hanya di SMAN 1 Cawas, tetapi juga tidak terjadi di sekolah manapun di seluruh Indonesia. 

Menanggapi insiden itu, Arik menuturkan pihak sekolah akan intropeksi diri.

Selain itu juga akan melakukan pembenahan total di kolam, terutama setelah garis polisi diambil. 

"Nanti setelah garis polisi diambil, berarti kami harus lakukan perbaikan total di kolam itu. Nanti kolam akan ada pendangkalan. Lalu jaringan listrik juga akan dibenahi dan berkoordinasi dengan PLN," ungkap dia.

Adapun, pagar pengaman kolam rencananya juga bakal lebih diperketat. Artinya, lanjut Arik, akan ditutup dan diberi rambu-rambu bertuliskan untuk keamanan.

"Kami semua siap, dalam artian semuanya akan dibenahi termasuk memasang rambu-rambu bahwa area itu tidak boleh dimasuki. Kami siap dan terbuka menerima saran serta masukan untuk perbaikan sekolah dari pihak manapun," tandas dia. (*)
 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved