Konflik Semenanjung Korea
Respon Teror Balon Sampah Korea Utara, Presiden Korsel Resmi Tangguhkan Perjanjian Militer
Situasi di Semenanjung Korea kembali memanas pascateror balon sampah dari Korea Utara ke wilayah Korea Selatan dalam beberapa hari terakhir.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Kampanye dengan pengeras suara tersebut melibatkan Korea Selatan yang menggunakan megafon besar untuk menyiarkan segala sesuatu mulai dari K-pop hingga propaganda anti-rezim ke daerah-daerah yang dekat dengan zona demiliterisasi yang memisahkan kedua negara, yang secara teknis masih dalam keadaan perang.
Siaran tersebut membuat marah Pyongyang, yang sebelumnya telah mengancam akan melakukan serangan artileri terhadap unit-unit pengeras suara tersebut kecuali jika dimatikan.
Pyongyang mengatakan bahwa balon sampah tersebut merupakan pembalasan atas misi serupa yang dikirim ke arah utara oleh para aktivis Korea Selatan.
Sebuah kelompok anti-Pyongyang di Korea Selatan pada Senin (3/6/2024) mengaku, telah mengirim sekitar 2.000 USB flash drive yang berisi lagu-lagu dari penyanyi mega trot Korea Selatan, Lim Young-woong, serta musik K-pop dan serial K-drama, melalui balon ke Korea Utara pada 10 Mei.
Korea Utara sangat sensitif terhadap akses masyarakatnya terhadap budaya populer Korea Selatan yang sedang berkembang.
Menurut sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pyongyang memberlakukan undang-undang pada 2020 yang memungkinkan mereka untuk menghukum siapa pun yang memiliki atau mendistribusikan konten media dalam jumlah besar dari Korea Selatan dengan hukuman penjara seumur hidup atau bahkan hukuman mati.
Seoul juga mengatakan bahwa Pyongyang berusaha mengacaukan sinyal GPS selama beberapa hari minggu lalu.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.