Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Kekerasan Pelajar di DIY Kembali Marak, Ketua Dewan Pendidikan Nyatakan Keprihatinan

Dewan Pendidikan menyerukan kepada semua pihak untuk bekerja sama dalam mencegah dan menangani maraknya aksi kekerasan yang melibatkan pelajar di DIY.

|
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Ketua Dewan Pendidikan DIY, Prof Sutrisna Wibawa. 

TRIBUNJOGJA.COM - Maraknya aksi kekerasan yang melibatkan pelajar di DIY kembali menjadi sorotan.

Baru-baru ini, seorang anak di bawah umur ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus penyerangan terhadap satpam SMP N 1 Kasihan, Bantul , yang terjadi pada Kamis (30/5) lalu.

Peristiwa ini terjadi saat satpam berusaha mengejar sekelompok pelajar yang membuat onar di sekolah.

Ketua Dewan Pendidikan DIY, Prof Sutrisna Wibawa, menyatakan keprihatinan mendalam atas kejadian tersebut.

Mantan Rektor UNY ini menyerukan kepada semua pihak untuk bekerja sama dalam mencegah dan menangani maraknya aksi kekerasan yang melibatkan pelajar di DIY.

Prof Sutrisna Wibawa menekankan pentingnya beberapa langkah untuk mencegah dan menangani kekerasan pelajar, seperti mengintensifkan Pendidikan Khas Kejogjaan (PKJ).

"Dewan Pendidikan terus bersinergi dengan Dikpora DIY, meluncurkan Pendidikan Khas Kejogjaan yang orientasinya perilaku, adat, sopan santun, dan itu kami biasakan pada anak-anak mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi," ujar Sutrisna Wibawa, Selasa (4/6/2024).

Baca juga: Hingga April 2024, Tercatat Ada 71 Perempuan dan Anak di Sleman Jadi Korban Kekerasan 

"Pendidikan Khas Kejogjaan perlu untuk diintensifkan, yang arahnya itu adalah karakter atau pendidikan keberadaban Jogja, nilai luhur kesopanan Jogja, menghargai yang lain," tambahnya.

Sutrisna menambahkan, penting untuk memperkuat kohesi sosial antar siswa dan siswa dengan guru, serta menerapkan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berfokus pada pengembangan potensi terbaik setiap individu.

"Dalam konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara itu kan menuntun anak-anak untuk menemukan potensi terbaik pada siswa, sehingga tidak menyeragamkan siswa. Siswa satu dengan yang lain punya kemampuan masing-masing, punya potensi," ujar Sutrisna.

"Nah anak-anak seperti itu (terlibat kekerasan pelajar) mungkin belum sadar diri atas potensinya, jati dirinya atau terpengaruh orang lain," imbuhnya.

Selain kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, Sutrisna berpendapat bahwa penting memupuk ketahanan diri pada anak-anak juga tidak boleh diabaikan.

Ketahanan diri ini menjadi benteng utama bagi para pelajar agar tidak mudah menyerah dan terpengaruh oleh hal-hal negatif, termasuk kekerasan.

"Ada satu kecerdasan yang terkadang dilupakan oleh guru yakni ketahanan diri, jadi anak-anak ini harus digembleng supaya tidak mudah menyerah dan kena pengaruh, jadi ini juga punya peran utama untuk membentengi dirinya," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved