Berita Klaten Hari Ini

Ribuan Umat Buddha Peringati Detik-detik Waisak 2568 di Plataran Candi Sewu Prambanan Klaten

Ribuan umat Buddha yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengikuti upacara Peringatan Waisak 2568 BE

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Dewi Rukmini
Suasana pembukaan Upacara Peringatan Waisak 2568 BE/2024 di Plataran Candi Sewu, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kamis (23/5/2024). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Ribuan umat Buddha yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengikuti upacara Peringatan Waisak 2568 BE/2024 di plataran Candi Sewu, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Kamis (23/5/2024). 

Pantauan Tribunjogja.com, upacara peringatan Waisak dibuka dengan prosesi kirab Sarana Puja dari Candi Lumbung menuju plataran Candi Sewu yang berada di kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan

Arak-arakan Sarana Puja dilakukan sekitar pukul 16.00 WIB dengan membawa berbagai persembahan.

Di antaranya lilin, Api Mrapen, air suci dalam kendi, dupa, bunga, dan buah-buahan. Setelah diarak, berbagai persembahan itu diletakkan di altar Buddha. 

Baca juga: Ribuan Umat Buddha Ikuti Kirab Waisak 2024 di Borobudur, Air Suci dan Api Dharma Turut Diarak

Kemudian, para biksu melantunkan doa-doa dan mencipratkan air ke sekitar lokasi.

Setelah itu ritual upacara dilanjutkan prosesi Pradaksina sekitar pukul 17.00 WIB. Yakni umat Buddha memutari Candi Sewu sambil membawa bunga. 

Selanjutnya dilaksanakan prosesi Puja Bhakti Waisak dan meditasi sambil menunggu detik-detik Waisak yang akan tiba pada pukul 21.52.42 WIB.

Setelah itu ada acara Dharmasanthi bersama pemerintah setempat. 

Ketua Lembaga Pandita Buddhayana Jawa Tengah sekaligus perwakilan Panitia Acara, Romo Katman Dhammananda, menjelaskan bahwa lilin api yang diarak dalam prosesi kirab Sarana Puja merupakan simbol penerangan dan pengorbanan. 

"Kemudian air di dalam kendi itu melambangkan simbol kesucian dan kerendahan hati. Lalu ada dupa sebagai simbol keharuman dari perbuatan kebajikan, bunga sebagai simbol ketidakkekalan dalam kehidupan, dan buah sebagai simbol atau makna hasil perbuatan baik," papar Katman kepada Tribunjogja.com di sela upacara, Kamis (23/5/2024). 

Katman mengatakan upacara Peringatan Waisak 2568 BE/2024 diikuti oleh sebanyak 4.000 umat Buddha. Upacara peringatan Waisak kali ini mengangkat tema "Keharmonisan merupakan Pedoman Hidup Berdampingan dalam Berbangsa". 

Tema tersebut menggambarkan landasan utama dalam ajaran Buddha yang mendukung terciptanya masyarakat sejahtera, rukun, dan damai. 

"Negara Indonesia terdiri atas masyarakat yang majemuk, maka kita harus hidup berdampingan, saling toleransi, dan memancarkan cinta kasih mellaui pikiran, ucapan, serta perbuatan. Baik di lingkup keluarga ataupun masyarakat untuk hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga bangsa ini akan selalu damai dan sejahtera," tandasnya. (drm)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved