Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Gunungan Grebeg Syawal Tahun Ini Tidak Akan 'Dirayah', Tapi Dibagi-bagikan
Tahun ini Gunungan Grebeg Syawal yang akan digelar 11 April mendatang, tidak akan dirayah atau diperebutkan melainkan dibagikan.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Garebeg atau Grebeg adalah salah satu upacara penting di Keraton Yogyakarta yang dilakukan tiga kali setahun sesuai penanggalan Jawa.
Sebutan Garebeg atau Grebeg memiliki arti diiringi atau diantar oleh orang banyak yang merujuk pada iring-iringan para prajurit dan Abdi Dalem dalam membawa gunungan dari keraton menuju Masjid Gedhe.
Namun ada pula pendapat yang menyebut istilah Garebeg atau Grebeg berasal dari kata “gumrebeg” yang mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut.
Adapun bertepatan 1 Syawal atau Idulfitri, akan digelar Grebeg Syawal.
Namun sedikit berbeda, tahun ini Gunungan Grebeg Syawal yang akan digelar 11 April mendatang, tidak akan dirayah atau diperebutkan melainkan dibagikan.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara.
"Nah tahun ini kami mencoba, sudah kami koordinasikan beberapa waktu yang lalu juga untuk menertibkan hal itu (rayahan) untuk mengembalikan seperti yang dulu," ucap putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X, Sabtu (6/4/2024).
Baca juga: Ratusan Personel Polresta Yogka Ikut Kawal Grebeg Syawal Kraton Yogya
Dijelaskan GKR Bendara, tahun ini juga ada hal yang baru yakni perjalanan Gunungan menuju ke Ndalem Mangkubumen.
"Jadi dulu memang selalu Dhalem Mangkubumen itu menempati Gunungan tersebut, tetapi sekarang karena sudah menjadi kampus. Dan mulai dari HB VIII itu ternyata tidak ada yang menempati. Sehingga tidak ada tradisi untuk ke sana, terakhir HB VIII, dari HB IX tidak ada. Nah ini akan kami kembalikan ke sana," jelasnya.
GKR Bendara berharap, penertiban ini dapat memecah keramaian yang ada di Alun-alun. Sebab, pada tahun ini perjalanan Gerebek Gunungan itu ada di titik 0 Km.
Di mana gunungan itu akan dibawa ke Kepatihan, ada yang ke Pura Pakualaman, dan juga ada yang ke Mangkubumen. Sehingga hal itu tentu saja harapannya bisa menjadi pemecah.
Namun yang banyak selalu dibagikan ke masyarakat itu adalah di Masjid Gedhe Kauman, karena yang di Kepatihan itu hanya untuk para personil Pemda, di Pura Pakualaman itu hanya untuk masyarakat sekitar Pura, dan di Mangkubumen ini tidak dalam bentuk gunungan tetapi dalam bentuk sudah dicopot dan dibawa sehingga memang tidak untuk dirayah.
"Sehingga masyarakat dapat menikmati titik-titik di mana mereka bisa melihat arak-arakan itu tadi. Itu akan terjadi di tanggal 11 dan pada saat itu ada ruas-ruas titik yang akan ditutup ada sembilan. Sehingga perputaran di tengah Kota sebisa mungkin bisa kami hindari," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )
| Dispar DIY Luncurkan Calender of Event, Sport Tourism Terus Dieksplor |
|
|---|
| Film 1 Kakak 7 Ponakan, Drama Keluarga yang Hangat di Penutupan JAFF 2024 |
|
|---|
| Festival Angkringan Yogyakarta 2024: Angkat Kuliner Ikonik dengan Sentuhan Modern |
|
|---|
| Formulasi Kenaikan UMP Mestinya Disesuaikan dengan Kondisi Daerah |
|
|---|
| Pemda DIY Ikuti Penjurian Apresiasi Kinerja Pemerintahan Daerah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.