Berita Jogja Hari Ini

Quotes Sri Sultan HB X, Kata Mutiara Raja Kraton Jogja yang Hari Ini Ulang Tahun ke-78

Kumpulan quotes atau kata mutiara Sri Sultan HB X yang hari ini berulang tahun ke-78, ada kutipan dari buku ciptaan Ngarsa Dalem.

DOK. Kraton Jogja
Quotes Sri Sultan HB X, Kata Mutiara Raja Kraton Jogja yang Hari Ini Ulang Tahun ke-78 

TRIBUNJOGJA.COM -  Sri Sultan Hamengku Bawono Ka 10 (Sri Sultan HB X) berulang tahun ke-78 tepat pada hari ini, Selasa (2/4/2024).

Mengutip laman resmi kratonjogja.id, Sri Sultan HB X lahir di Yogyakarta pada 2 April 1946.

Nama kecil Sri Sultan HB X adalah Bendara Raden Mas Herjuno Darpito. Ia merupakan anak dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan Kanjeng Raden Ayu (KRAy) Windyaningrum.

Foto Sri Sultan HB X saat masih muda
Foto Sri Sultan HB X saat masih muda (DOK. Kraton Jogja)

Ia menikah dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas pada tahun 1971, kemudian naik tahta pada 7 Maret 1989 dengan gelar “Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Ka 10, Suryaning Mataram, Senopati Ing Ngalogo, Langgenging Bawono Langgeng, Langgenging Tata Panotogomo”.

Bersama GKR Hemas, Sri Sultan HB X dikaruniai 5 orang putri, yaitu : 

1. Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nurmalita Sari / Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun / GKR Mangkubumi

2. GRAj Nurmagupita / GKR Condrokirono

3. GRAj Nurkamnari Dewi / GKR Maduretno

4. GRAj Nurabra Juwita / GKR Hayu

5. GRAj Nurastuti Wijareni / GKR Bendara

Berikut adalah kumpulan kata mutiara atau quotes yang pernah diucapkan Sri Sultan HB X dalam berbagai kesempatan, ada dari buku maupun dari pidato.

Baca juga: Kisah Raja Yogyakarta: Episode Sri Sultan Hamengku Buwono I Pencipta Sumbu Filosofi Yogyakarta

Baca juga: Kisah Raja Yogyakarta: Episode Sri Sultan Hamengku Buwono II, Raja yang Tiga Kali Naik Takhta

Baca juga: Kisah Raja Yogyakarta: Episode Sri Sultan Hamengku Buwono III, Ayah Pangeran Diponegoro

Baca juga: Kisah Raja Yogyakarta: Sri Sultan Hamengku Buwono IV, Raja Muda yang Meninggal di Usia 19 Tahun

Kata Mutiara Sri Sultan HB X Raja Keraton Yogyakarta

Kata Mutiara Sri Sultan HB X Raja Keraton Yogyakarta
Kata Mutiara Sri Sultan HB X Raja Keraton Yogyakarta (Dokumentasi Humas Pemda DIY)
  1. “Yogyakarta selalu terbuka bagi setiap gelar seni budaya, baik yang klasik dan kontemporer maupun gelar seni etnis-etnis Nusantara dan seni budaya dari mancanegara” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 59.
  2. “Lilin adalah cahaya, dan cahaya adalah sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Gelap bukan materi, ia tidak memiliki daya. Ia adalah keadaan hampa tanpa cahaya. Oleh karena itu, meskipun lilin bentuknya kecil, ia selalu dapat mengusir gelap” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 32.
  3. “Yogyakarta adalah asrama mahasiswa. Berbagai asrama mahasiswa ada di sini: Riau, Minang, Medan, Flores, dan lain-lain. Itu artinya, karakteristik Yogyakarta adalah bhinneka tunggal ika. Ibarat sup, ia kaya rasa. Tatkala dinikmati pasti lezat. Itulah harmoni kehidupan bermasyarakat yang sejati” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 59-60.
  4. “Kota kita tidak memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu sentuhan kasih dari hati nurani kita” - Kutipan dari Monumen Tapak Prestasi, Yogyakarta via stekom.ac.id.
  5. “Keraton bukan pusat kekuasaan dalam pengertian politis dan melahirkan jabatan politis seperti perdana menteri atau patih. Keraton lebih merupakan simbolisasi spiritual, semacam bentuk pemihakan yang ikhlas kepada rakyat” - Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara” halaman 20.
  6. “Kedaulatan mestinya ada di tangan rakyat” - Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara” halaman 32.
  7. “Saya tidak perlu pangkat untuk mengabdi kepada rakyat” - Sri Sultan HB X dalam wawancara bersama Reuters, April 1999.
  8. “Rakyat lebih peduli pada perubahan kehidupan ke arah yang lebih baik ketimbang siapa yang menjadi presiden atau pemimpin” - Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara” halaman 25.
  9. “Kalau sampai muncul jurang antara keraton dak rakyat, itu terjadi karena bodhone sultan (kebodohan sultan)” - Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara” halaman 35.
  10. “Saya sudah mengucapkan ikrar di hadapan orangtua saya untuk memberi komitmen kepada rakyat. Dan itu bukan cuma rakyat Yogya. Ikrar itu akan saya bawa sampai mati” - Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara” halaman 27-28.
  11. “Kebijakan pemerintah harusnya mengacu semangat gotong-royong. Jangan menumbuhkan sikap egoistis sekelompok orang” - Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara” halaman 50.
  12. “Tidak ada peradaban yang dapat dibangun di atas kepalsuan, juta tidak di atas kekuasaan” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 10.
  13. “Sejarah memberi pelajaran amat berharga, betapa perbedaan, pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantar kita ke gerbang kemerdekaan” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 10.
  14. “Semula kita mempercayai bahwa krisis yang terjadi tidak lain adalah krisis moneter. Tetapi, kalau dikaji lebih dalam, ternyata krisis itu adalah krisis kebudayaan” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 9.
  15. “Seharusnya, setiap daerah justru diberi peran untuk menjadi pusat-pusat kebudayaan” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 22.
  16. “Keunikan dan kekhasan tradisi merupakan potensi yang dapat diolah untuk menembus budaya global masa kini” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 23.
  17. “Hanya dengan penafsiran, kehidupan ini layak dihidupi. Tanpa penafsiran, ia jadi beku, diam, dan sunyi. Penuh potensi, namun belum memberi arti bagi manusia” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 24.
  18. “Kita memang selayaknya menghargai para seniman, yang pada umumnya adalah kreator dan inovator seni yang berkarya karena tanggung jawab profesi dan panggilan jiwa” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 49-50.
  19. “Manusia pasar tak selalu harus berarti mengalahkan kreativitas seorang seniman jika kreativitas dibenturkan dengan pasar. Pasar adalah realitas kehidupan, dan seniman dituntut memiliki keberanian menghadapi realitas, sekaligus mengembangkan nilai kebenaran dalam ekspresinya. Ekspresi itu adalah sesuatu yang indah, mungkin sebuah puisi, lukisan, nyanyian, atau pun komposisi musik, bahkan mungkin sebuah keindahan tak berwajah” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 55.
  20. “Sikap saling percaya dan rasa kebersamaan merupakan elemen inti dari cultural resources dan social capital warga Yogya, baik yang masih tinggal maupun yang bermukim di Jakarta” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 57-58.
  21. “Salah satu tantangan yang paling mendesak demi kelangsungan kehidupan berbangsa adalah agar kita mampu memecahkan konflik-konflik secara damai” - Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita” halaman 40.
  22. “Sudah semestinya keistimewaan Jogja adalah untuk Indonesia. Bahwa menjadi Jogja, adalah menjadi Indonesia” - Pidato Sri Sultan HB X dalam pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta ke-29 di depan Gerbang Kantor Gubernur DIY Kepatihan.

Referensi : 

  • Buku “Merajut Kembali Keindonesiaan Kita”. Penulis: Sri Sultan HB X. Penerbit: Gramedia. Tahun Terbit: 2007.
  • Buku “Sultan Hamengku Buwono X Biara”. Penulis: Pusat Data dan Analisa Tempo. Penerbit: TEMPO Publishing. Tahun Terbit: 2020.
  • Laman Resmi Kraton Yogyakarta www.kratonjogja.id

(Tribunjogja.com/ANR)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved