Sri Mulyani Jelaskan Alasan Tarling ke Masjid Kuno di Klaten: Punya Nilai Sejarah


Sri Mulyani bersama jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten menggelar Tarawih keliling (tarling) ke sepuluh masjid kuno di Klaten

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
Bupati Klaten, Sri Mulyani mengikuti tarling di Masjid Ar Rohman, Dukuh Cepoko, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Jumat (22/3/2024) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Di bulan Ramadan 1445 H, masyarakat Muslim tak hanya berpuasa, tetapi juga melaksanakan salat Tarawih, salah satu ibadah  di waktu malam yang dilakukan setelah menahan lapar, dahaga dan nafsu di siang hari.

Tahun ini, Bupati Klaten, Sri Mulyani bersama jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten menggelar Tarawih keliling (tarling) ke sepuluh masjid kuno di kabupaten bersinar itu.

Pada Jumat (22/3/2024), Mulyani mengikuti salat Tarawih di Masjid Ar Rohman, Dukuh Cepoko, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Jumat (22/3/2024).

Kegiatan ini merupakan putaran keempat safari Ramadan 1445 H jajaran Forkopimda Kabupaten Klaten.

Dia menjelaskan sengaja memilih masjid-masjid tua sebagai lokasi tarling.

Tidak hanya berumur tua, masjid-masjid yang dipilih juga memiliki nilai historis dan masih aktif digunakan sebagai pusat kegiatan agama Islam oleh masyarakat, termasuk Masjid Ar Rohman di Desa Bugisan.

“Tahun ini sengaja dipilih masjid-masjid kuno dan masih eksis (masih digunakan oleh masyarakat) sebagai bentuk pelestarian budaya. Karena masjid-masjid yang dipilih sebagai lokasi tarling ini memiliki nilai sejarah, sehingga perlu diperhatikan dan dilestarikan,” ungkapnya.

Sebelumnya di Jumat (19/3/2024), Sri Mulyani juga sempat mengikuti tarling di Masjid Al Makmur Majasem, Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan.

Tarling kala itu sempat membuatnya terpukau lantaran Masjid Al Makmur Majasem masih kokoh berdiri padahal dibangun sejak enam abad lalu.

Dalam kesempatan tersebut, bupati turut menyalurkan santunan bagi anak yatim piatu dan tali asih dari Baznas Klaten kepada warga kurang mampu.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Pengurus Masjid Ar Rohman Bugisan, Anang Mustiyanto mengatakan masjid tersebut tercatat didirikan pada tahun 1816 Masehi. Atau di era perjuangan Pangeran Diponegoro.

Hal ini dibuktikan dengan adanya makam pengikut Pangeran Diponegoro di kompleks pemakaman yang ada di barat Masjid Ar Rohman.

Selain itu, bedug dan kentongan yang digunakan sebagai penanda waktu salat, juga masih dilestarikan hingga saat ini.

“Bangunan masjid juga masih otentik sejak awal didirikan, hanya dilestarikan dan dirawat oleh masyarakat sehingga masih dapat digunakan hingga saat ini,” paparnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved