Harga Beras di DIY Masih Tinggi, Disperindag DIY Sebut Imbas Banjir Demak-Kudus

Hal tersebut tak lepas dari bencana banjir yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah yakni Demak dan Kudus.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Kepala Disperindag DIY Syam Arjayanti. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti, tak memungkiri bahwa harga beras di wilayahnya masih stabil tinggi dan berlangsung sejak beberapa bulan terakhir.

Menurutnya, hal tersebut tak lepas dari bencana banjir yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah yakni Demak dan Kudus.

"Salah satunya di Kudus. Beberapa distributor kita ada yang ambil pasokan beras dari sana, makanya cukup terganggu," kata Syam ditemui di Kompleks Kepatihan, Kamis (21/3/2024).

Sebagai upaya agar kebutuhan pokok tetap dapat dijangkau oleh masyarakat, Syam mengatakan bahwa Disperindag DIY akan terus menggelar operasi pasar murah.

"Kalau harganya belum turun kita akan gandeng mereka lagi para distributor untuk CSR pasar murah selain dari subsidi," jelasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Hery Sulistio Hermawan mengatakan bahwa potensi panen raya padi di wilayah DIY pada April dan Mei mendatang mencapai angka 305.369 ton.

Sementara potensi beras pada panen raya di dua bulan itu mencapai 192.993 ton.

Lebih rinci ia menjelaskan, pada bulan April potensi panen padi mencapai 103.493 ton dan di bulan Mei 201.876.

Sementara potensi produksi padi dari panen itu di bulan April mencapai angka 65.407 dan bulan Mei 127.586 ton.

"Kemarin ini memang sudah ada yang panen tapi belum semua," kata Hery, Kamis (21/3/2024).

Mundurnya panen raya padi di wilayah DIY, lanjut Heri, tak lepas dari dampak el nino akhir tahun lalu.

Pihaknya sudah mendata luasan lahan panen yang ada di wilayahnya dan terus dilaporkan setiap bulannya.
 
Ada sejumlah tantangan yang membuat potensi panen raya padi itu menurun yakni berupa luas lahan yang terus menurun setiap tahunnya, kemudian dampak el nino yang mengakibatkan masa tanam dan panen jadi mundur, selanjutnya masa penyiapan lahan yang harus dioptimalkan petani.

"Kami juga sudah mulai inventarisasi lahan tadah hujan utamanya yang dekat sungai, embung dan sumber air lain. Itu kita data dan lihat apakah sudah ada pompa air atau belum, kalau belum kita adakan bantuan," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved