Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Ini Sebab Harga Beras di DIY Tinggi Meski Ketersediaan Pasokan Aman

Hanya saja price maker atau penentuan harga beras tidak di DIY,  tetapi di Pasar Cipinang Jakarta yang menjadi konsentrasi pasar beras nasional. 

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com/Christi Mahatma
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Ibrahim (kiri) menjelaskan perkembangan perekonomian DIY kegiatan Ngobrol Santai bersama BI DIY di Raminten Kitchen, Kamis (07/03/2024). . 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beras menjadi salah satu komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar di DIY.

Hal itu karena harga beras di DIY yang masih melambung. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY,  Ibrahim mengatakan faktor utama yang menyebabkan tingginya harga beras di DIY adalah el nino.

Akibatnya musim tanam padi tertunda, yang berdampak pada mundurnya musim panen. 

"Dengan ketidakteraturan atau gangguan cuaca kemarin, masa tanamnya itu bervariasi, yang tahun-tahun sebelumnya terkonsentrasi di bulan-bulan tertentu. Sehingga tahun ini panen raya tidak serempak, ada yang panen Maret, April," katanya dalam kegiatan Ngobrol Santai bersama BI DIY di Raminten Kitchen, Kamis (07/03/2024). 

Ia menyebut ketersediaan pasokan beras di DIY mencukupi.

Hanya saja price maker atau penentuan harga beras tidak di DIY,  tetapi di Pasar Cipinang Jakarta yang menjadi konsentrasi pasar beras nasional. 

Hal itu menyebabkan meskipun pasokan DIY mencukupi, tetapi tidak bisa mempengaruhi harga. 

Baca juga: BPS DIY Perkirakan Produksi Beras DIY Periode Januari-April 2024 Sebanyak 138,62 Ribu Ton 

"Jogja penduduknya di bawah 5juta, 4 juta sekian, kalo dibandingkan dengan Jateng saja sudah beda jauh. Mungkin Jateng pembentukan harganya lebih kuat, kita (DIY) ngikut ke Jateng," terangnya. 

"Jadi ibaratnya kita sebagai pemain kecil, meskipun kita punya lebih pasokan, tapi untuk penentuan harganya kita nggak bisa. Tapi yang terpenting pasokannya ada, barangnya ada," sambungnya. 

Kemudian dari sisi keterjangkauan harga, Gerakan Pangan Murah, Operasi Pasar, hingga Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan harus dipastikan tepat sasaran untuk masyarakat yang membutuhkan. 

Sementara itu, Kepala Tim Perumusan Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) DIY, Arya Jodilistyo menjelaskan berdasarkan data dari Bulog, dari sisi persedian beras di DIY hingga Februari 2024 di atas 1,2 juta ton.

Menurut dia, persediaan beras di DIY masih mencukupi, terlebih masih ada tambahan panen raya April mendatang. 

"Produksi padi bedasarkan rilis BPS terakhir, kalau bicara kumulatif Januari hingga prediksi April 2024 memang diperkirakan mengalami penurunan. Tetapi melihat besaran volumenya, besaran produksi di April bisa menjadi puncaknya. Bertepatan dengan HBKN, kami berharap bisa meredam inflasi ketika Lebaran," jelasnya. 

"Penyediaan gabah kering giling oleh Bulog meningkat terus. Realisasi cadangan beras pemerintah oleh Bulog trennya positif sekali. hingga Februari 2024 didominasi kegiatan operasi pasar untuk mengendalikan inflasi. Di atas 200ribu ton untuk operasi pasar. Cadangan untuk bencana alam juga disiapan, di bawah 1 persen," imbuhnya. ( Tribunjogja.com

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved