LD PBNU, LD PWNU DIY Bersama UIN Sunan Kalijaga Gelar Standardisasi Kompetensi Khatib Jumat

Namun tak jarang sakralitas Jumatan ini terdegradasi dengan munculnya khatib-khatib yang tidak kompeten di bidangnya.

Editor: ribut raharjo
Istimewa
LD PBNU, LD PWNU DIY Bersama UIN Sunan Kalijaga Gelar Standardisasi Kompetensi Khatib Jumat 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Khutbah Jumat dalam rangkaian salat Jumat bagi umat Islam dianggap sakral.

Namun tak jarang sakralitas Jumatan ini terdegradasi dengan munculnya khatib-khatib yang tidak kompeten di bidangnya.

Sehingga sering terjadi khutbah yang tidak sesuai atau kurang memenuhi syarat dan rukunnya.

Menyikapi hal ini, maka LD PBNU bekerja sama dengan LD PWNU D.I Yogyakarta dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menghelat Standardisasi Kompetensi Khatib Jumat LD PBNU Angkatan-1.

Acara ini diadakan di ruang rapat Gedung Kuliah Terpadu (GKT) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Sabtu, 27 Januari 2024.

Hadir dalam pembukaan agenda tersebut KH. Nurul Badruttamam, MA, Sekretaris LD-PBNU, KH. Ghufron Mubin, S.Pd.I, Pengurus LD-PBNU, Prof. Dr. Phil, H. Almakin, MA, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd, Dekan Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. KH. Masmin Afif, M.Ag, Kakanwil Kemenag DI.Yogyakarta, dan KH. Ahmad Zuhdi Muhdlor, M.Ag, Ketua PWNU DI. Yogyakarta.

Acara ini diikuti oleh 50 lebih peserta dari berbagai wilayah di Provinsi DI.Yogyakarta.

Dalam sambutannya, KH. Ghufran Mubin selaku ketua panitia mengatakan bahwa pemilihan agenda ini untuk Aangkatan ke-1 di Yogyakarta karena kota ini memiliki sambungan historis.

Tokoh-tokoh besar banyak bermunculan dari Yogyakarta. Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan zaman. Bahwa setiap zaman ada orangnya, dan setiap orang ada zamannya.

"Standardisadi khatib ini bukan untuk melatih dasar-dasar materi khutbah, tapi lebih dari itu belajar retorika dakwah dan khutbah; memetakan konsep dakwah sesuai dengan konteks tempat dan kesulitan masing-masing wilayah. Sehingga para peserta ini bisa diakomodir supaya khatib tidak asal comot," tegas Kiai Ghufron.

Senada, KH. Masmin Afif menyatakan apresiasinya pada acara ini.

Menurutnya, seorang khatib harus memiliki dua hal, yaitu: Kompetensi dan komitmen kebangsaan, terlebih pada masa-masa sekarang ini.

"Insya Allah, hasil dari standardisasi ini akan kita manfaatkan sebagai khatib di seluruh masjid kota. Sehingga masjid tidak hanya sekadar menjadi tempat untuk meningkatkan ketakwaan, tapi juga berfungsi meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat. Tidak hanya menjadi rutinitas semata, tapi juga menjadi sarana edukasi umat dan lain sebagainya," lanjut Kiai Masmin

Sambutan hangat juga disampaika Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Phil. H. Almakin, MA.

"Inilah khatib dan kabar peradaban. Menurut saya, ide tentang peradaban dalam serangkain agenda besar NU ini istilahnya terobosan (breakthrough). Dan itu jika kita kembangkan luar biasa. Karena kita tidak berpikir ritual ubudiah, tetapi berpikir khadharah. Berpikir luas. Berpikir sejarah manusia, sejarah Islam, sejarah Indonesia, sejarah Nahdlatul Ulama, dan sejarah pergerakan," kata Prof. Almakin

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved