Operator Satelit Mata-mata Korea Utara Resmi Jalankan Misinya, Pasok Data Intelijen ke Militer

Setelah terbentuk, tim operator satelit mata-mata Korea Utara itu langsung bekerja dan menyerahkan hasilnya ke intel militer.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
inf.news
Ilustrasi sistem navigasi satelit berbasis ruang angkasa 

TRIBUNJOGJA.COM, PYONGYANG - Militer Korea Utara bergerak cepat menyusun tim operator satelit mata-matanya setelah sebelumnya sukses meluncurkannya ke orbit pada 21 November 2023 lalu.

Setelah terbentuk, tim operator satelit mata-mata Korea Utara itu langsung bekerja dan menyerahkan hasilnya ke intel militer.

Dalam laporannya, operator satelit militer menyerahkan gambar situs militer utama Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Namun hingga saat ini, belum diketahui citra satelit seperti apa yang sudah dihasilkan dari Malligyong-1.

Korea Utara hanya memperingatkan bahwa serangan terhadap aset luar angkasa akan dianggap sebagai deklarasi perang.

Sementara itu dikutip dari KCNA, operator satelit mata-mata mulai menjalankan tugasnya pada 2 Desember 2023 kemarin.

Tim operator ini organisasi intel militer independen, dan melaporkan informasi yang diperolehnya ke biro pengintaian di angkatan darat serta unit-unit utama lainnya, tambah KCNA dikutip dari kantor berita AFP.

Laporan itu juga mengatakan, Kementerian Pertahanan Korea Utara menyatakan bahwa kesiapan perangnya akan berbentuk lebih sempurna.

Berdasarkan resolusi PBB, Korea Utara dilarang melakukan uji coba menggunakan teknologi balistik.

Menurut para analis, ada keterkaitan teknologi yang signifikan antara kemampuan peluncuran ke luar angkasa dan pengembangan rudal balistik.

Para ahli mengatakan, menempatkan satelit mata-mata ke orbit akan meningkatkan kemampuan pengumpulan informasi oleh intel Korea Utara, khususnya di Korea Selatan, dan menyediakan data penting dalam setiap konflik militer.

Peluncuran satelit yang dinamai Malligyong-1 ini adalah upaya ketiga Korea Utara dalam menempatkan satelit semacam itu ke orbit, setelah dua percobaan sebelumnya gagal.

Korsel mengeklaim, Korea Utara mendapat bantuan teknis dari Moskwa sebagai imbalan menyediakan senjata untuk perang Rusia dengan Ukraina. (*)

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved