Kesehatan
Gejala Pneumonia Misterius yang Merebak China, Sering Diremehkan Padahal Berbahaya
Baru-baru ini kasus pneumonia misterius yang menyerang anak-anak semakin merebak di Tiongkok, China. Kenali gejala-gejalanya untuk mencegah pneumonia.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Baru-baru ini kasus pneumonia misterius semakin merebak di Tiongkok, China.
Penyakit yang menyerang pernapasan ini semakin meningkat terutama menyerang anak-anak.
Dilansir dari Kompas.com, peningkatan pasien pneumonia ini membuat rumah sakit di Beijing dan Liaoning semakin kewalahan.
Meningkatnya kasus menyebabkan antrean yang panjang dan melelahkan.
Lantas apa itu pneumonia dan bagaimana gejala-gejalanya?
Sejak pertengahan Oktober 2023 lalu, Tiongkok telah melaporkan adanya peningkatan kasus influenza yang menyerang anak-anak.
Kemudian pada tanggal 13 November 2023, Komisis Kesehatan Nasional Tiongkok melaporkan adanya peningkatan penyakit pernapasan, menurut World Health Organization (WHO).
Pada tanggal 21 November 2023, muncul berita tentang sekelompok anak di China bagian Utara terkena pneumonia tetapi tidak terdiagnosis.
Dalam waktu seminggu, China telah melaporkan adanya 205 klaster kasus influenza.
Jumlah ini jelas meningkat drastis dibandingkan dengan 127 klaster pada minggu sebelumnya, seiring dimulainya musim dingin.
Mengutip dari CNA, Komisi Kesehatan Nasional mengaitkan peningkatan infeksi pernapasan ini dengan peredaran patogen yang diketahui - influenza, pneumonia mikoplasma, virus pernapasan syncytial (RSV), rhinovirus, adenovirus, dan Covid-19.
Baca juga: Perbedaan Asma dan Pneumonia
Kemenkes RI menjelaskan bahwa pneumonia atau paru-paru basah merupakan kondisi peradangan yang terjadi di paru-paru.
Paru-paru akan terisi cairan sehingga dapat mengganggu proses pernapasan.
Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Tetapi para ahli belum mengetahui penyebab pasti pneumonia 'misterius' yang mewabah di China.
Namun, Direktur Departemen Kesiapsiagaan dan Pencegahan Epidemi Pandemi WHO, Maria Van Kerkhove, memastikan bahwa tidak ada patogen baru yang menyebabkan pneumonia ini.

Mengutip dari laman National Health Service, gejala umum yang timbul ketika terkena pneumonia diantaranya yaitu:
1. Batuk kering atau berdahak
2. Demam disertai nyeri kepala
3. Tubuh menggigil kedinginan
4. Nyeri dada ketika bernapas, bahkan ketika beristirahat
5. Kehilangan nafsu makan
6. Sesak napas
7. Detak jantung cepat
Gejala lain pneumonia, yaitu:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Batuk Berdarah
4. Linglung (orang lanjut usia)
5. Nyeri otot dan nyeri sendi
Baca juga: Kasus ISPA di Kulon Progo Meningkat, Sebabkan Balita Rentan Terpapar Pneumonia
Melihat jumlah kasus pneumonia yang semakin meningkat, Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes menerbitkan Surat Edaran pada tanggal 27 November 2023 dengan Nomor PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.
"Penerbitan surat edaran tersebut bertujuan mengantisipasi penyebaran pneumonia di Indonesia," ujar Maxi.
Memang belum dijelaskan secara pasti apa penyebab pneumonia, tetapi berdasarkan laporan epidemologi, terjadi peningkatan kasus mycoplasma-penyebab infeksi pernapasan sebelum Covid-19, sebanyak 40 persen.
Untuk itu Kemenkes meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan pemantauan perkembangan terhadap kasus dari negara terjangkit ditingkat global.
KKP diminta untuk meningkatkan pengawasan ketat terhadap orang-orang beserta barang bawaannya yang berasal dari negara terjangkit.
Selain itu, meminta untuk melaporkan penemuan kasus yang diduga pneumonia ke Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dan menfasilitasi pengiriman spesimennya ke laboratorium Sentinel ILI/SARI.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi juga menghimbau bahwa masyarakat tidak perlu panik karena pneumonia bukan berasal dari patogen baru sepertu SARS-CoV-2.
Masyarakat diminta untuk terus menjaga kesehatan tubuh dan menerapkan protokol kesehatan. Jika merasakan gejala-gejala sakit disarankan untuk beristirahat yang cukup.
(MG Lia Ika Agustin)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.