Harga Sayur dan Cabai di Pasar Beringharjo Yogyakarta Melonjak, Pedagang Bersiasat Kurangi Stok
Sudah 2-3 pekan terakhir komoditas sayuran dan cabai di Pasar Beringharjo mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok naik cukup signifikan di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta.
Kenaikan harga ini terutama pada komoditas sayuran dan cabai.
Seorang pedagang cabai dan sayur mayur di Pasar Beringharjo, Ida Habibah, mengungkapkan sudah 2-3 pekan terakhir komoditas sayuran dan cabai mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
"Harga cabai dalam seminggu terakhir melonjak 5 kali lipat. Sempat ada penurunan, kemudian naik lagi (harganya)," terang Ida Habibah, Senin (6/11/2023).
"Sayur mayur kenaikannya juga sangat signifikan, terutama brokoli, dari harga Rp15 ribu-Rp20 ribu sekarang Rp35 ribu. Bunga kol yang biasanya Rp15 ribu, sekarang Rp25 ribu, sawi sendok dari Rp8 ribu sekarang Rp14 ribu. Sekira 80 persen sayur mayur mengalami kenaikan yang sangat signifikan," keluhnya.
Sedangkan untuk komoditas cabai, Ida mengatakan bahwa hampir semua jenis cabai mengalami kenaikan, dari cabai rawit setan, rawit lalap, keriting merah, keriting hijau, teropong hijau-merah.
"Cabai masih di angka Rp80 ribu untuk hari ini. Kemarin sempat Rp85 ribu, kemungkinan besok naik lagi," ujarnya.
"Bahkan cabai hijau yang biasanya paling mahal Rp25 ribu, sekarang menginjak Rp45 ribu-Rp50 ribu," tambahnya.
Menurut Ida, melonjaknya harga sayur dan cabai khususnya di Kota Yogyakarta kemungkinan dipengaruhi pasokan yang berkurang karena cuaca buruk.
"Ini rekor tertinggi. Wong pandemi saja tidak semahal itu. Bahkan saat musim penghujan, tidak semahal itu. Padahal musim penghujan itu ditakuti oleh pedagang juga customer, kenaikan harganya tidak se-ngeri itu," ujarnya.
Saat situasi harga mengalami fluktuasi atau naik, Ida mengatakan, para pedagang mengaku tidak mau berspekulasi atau mengambil resiko terkait stok komoditas jika sewaktu-waktu harga turun drastis atau tidak laku karena konsumen mengurangi pembelian.
"Dari customer paling antisipasinya dengan pengurangan-pengurangan pembelian. Misal biasanya beli 2 kilogram, sekarang hanya beli 1 kilogram," ujarnya.
"Bagi pedagang, omzetnya sama saja. Keuntungan dari harga mahal dan murah, sama saja. Daya beli pembeli juga sama, nggak ada pengaruhnya sebab mereka beli sesuai kebutuhan. Dumeh larang, tak lantas keuntungannya semakin banyak," lanjutnya.
"Bahkan ketika harga tinggi, pedagang tidak terlalu berani berspekulasi. Takutnya harga barangnya tiba-tiba turun, jadi kami membatasi stok. Biasanya stok 20-50 kilogram, sekarang beli separuhnya saja. Kalau kurang nempil kancane," tambahnya.
Ida berharap, kenaikan harga khususnya untuk komoditas sayuran dan cabai tidak berlangsung lama.
Pemindahan Ribuan Pedagang Pasar Godean, Bupati Sleman: Tunggu Gedung Parkir Rampung! |
![]() |
---|
Respons Pedagang di Lapangan Pemda Sleman setelah Pemerintah Lakukan Penataan PKL |
![]() |
---|
Penataan PKL Lapangan Pemda Sleman, Pedagang Dilarang Jual Beli Lapak |
![]() |
---|
Ratusan PKL di Lapangan Pemda Sleman Mulai Ditata |
![]() |
---|
UKDW Lahirkan Inovasi Kuda-kuda Lipat Rangka Tenda, Jawab Keluhan PKL soal Alat Jualan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.