Mahasiswa UGM Manfaatkan Ampas Kopi, Tempurung Kelapa dan Sekam Padi Jadi Briket

Kehadiran produk tersebut mendapat respons positif dari pedagang karena menawarkan inovasi terbaru briket dengan keunggulan yang ada.

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Muhammad Fatoni
Dok. Istimewa
Wastbriq, briket hasil inovasi mahasiswa UGM yang berbahan dasar tempurung kelapa, ampas kopi dan sekam padi 

TRIBUNJOGJA.COM - Tempurung kelapa tidak hanya bisa diolah menjadi arang, atau dibuang begitu saja sebagai limbah.

Demikian pula ampas kopi serta sekam padi, yang ternyata dapat dimanfaatkan menjadi bahan dasar pembuatan briket.

Inovasi tersebut lahir dari sekelompok mahasiswa UGM, yang idenya bermula dari banyaknya limbah agroindustri menjadi permasalahan lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Di samping itu, kombinasi tiga bahan yakni tempurung kelapa, ampas kopi dan sekam padi ternyata kandungan nilai kalornya cukup tinggi untuk meningkatkan lama nyala api saat pembakaran, menghadirkan energi bahan bakar ramah lingkungan sekaligus mengatasi permasalahan limbah guna mendukung konsep zero waste.

Ketua tim dari pembuat briket yang dinamai 'Wastbriq', Lovarensa, mengatakan bahwa produk yang mereka hasilkan memiliki potensi sebagai substitusi arang dengan beragam keunggulan.

Beberapa diantaranya dari nyala api yang lama, rendah emisi, dan efisiensi penggunaan energi serta terjadi pembakaran sempurna.

“Briket ini dikemas dengan komposisi terbaik sesuai kebutuhan pasar melalui serangkaian pengujian produk sehingga mencapai SNI 01-6235-2000 tentang Briket Arang Kayu,” kata Lovarensa.

Anggota tim lainnya, Naufal menjelaskan bahwa WastBriq ini telah dipasarkan lebih dari 15 restoran di Daerah Sekitar Istimewa Yogyakarta.

Selain itu, WastBriq juga dipasarkan secara ritel ke pedagang kaki lima yang masih menggunakan arang tradisional. 

Kehadiran produk tersebut mendapat respons positif dari pedagang karena menawarkan inovasi terbaru briket dengan keunggulan yang ada.

Selain itu harganya juga terjangkau sehingga dapat menekan biaya operasional yang berpengaruh pada keuntungan konsumen yakni Rp7.500/Kg.

“Dari sana, kami menginginkan produk kami dapat menjangkau pasar lokal khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga target kami sebesar 800 kg dapat didistribusikan kepada para konsumen yang membutuhkan arang agar beralih memakai WastBriq ramah lingkungan guna bersama-sama mendukung gerakan zero waste,” jelasnya.

Ditambahkannya, WastBriq ini telah dilengkapi teknologi terkini dengan sentuhan digital, yakni kode QR untuk mengakses akun sosial media dan kontak pemesanan agar memudahkan call to order sehingga sangat berguna dalam menunjang proses pemasaran melalui produk yang telah terdistribusi.

Sementara itu, Dr. Ir. J.P. Gentur Sutapa, M.Sc.Forest.Trop, sebagai pendamping tim PKM-K Wastbriq mengatakan produk ini diharapkan dalam jangka panjang mampu menggantikan energi batu bara menjadi energi biomassa terbarukan yang ramah lingkungan seiring dengan isu perubahan iklim dan pemanasan global di Indonesia. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved