Muncul Fenomena 'Barcode' di Kalangan Remaja, Pakar Psikologi UGM: Perlu Diwaspadai

Pakar psikologi UGM, Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi mengungkapkan bahwa fenomena "barcode" yang muncul di kalangan remaja perlu diwaspadai. Sebab, hal

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Kurniatul Hidayah
net
Ilustrasi 

"Ada penelitian menemukan, semakin banyak waktu yang digunakan untuk berada di media sosial, itu akan semakin mendorong perilaku melukai diri sendiri pada remaja yang rentan. Jadi, kalau remajanya memang sudah memiliki ketidakstabilan emosi, kesulitan mengelola emosi, dan kesulitan mengelola stres, ketika dia banyak berinteraksi dengan media sosial, dia memiliki potensi yang paling besar untuk melakukan ini," sambung Wirdatul Anisa, M.Psi. yang juga Peneliti CPMH UGM.

Tak hanya itu, ketika seseorang memiliki kecenderungan self-injury dan melihat banyak yang juga melakukannya, muncul pemikiran bahwa perilaku tersebut adalah hal yang normal.

Bahkan dalam beberapa kasus, individu banyak meniru satu sama lain, dan mengembangkan metode self-injury dari paparan media sosial.

"Kita melihat ya, data-data di instagram itu. Banyak sekali ternyata unggahan yang melibatkan tagar berbau NSSI, self-harm, yang itu kemudian menjadi tren. Dalam beberapa aplikasi lain, seperti novel online, banyak juga cerita-cerita yang seolah mempromosikan perilaku tersebut. Apalagi di twitter, di mana banyak orang memberikan komentar, dan tanpa sadar telah mempromosikannya," tambah Wirda.

Wirda menjelaskan, perilaku self-injury membutuhkan penanganan cepat dan tepat, sebelum mengarah pada perilaku SSI. Selain segera mengunjungi psikolog untuk melakukan konseling, bantuan tersebut bisa didapatkan melalui olah pikir diri sendiri, maupun dengan bantuan orang lain.

Seseorang perlu mengenal dan memahami diri sendiri, serta mengalihkan diri dari keinginan untuk melukai diri sendiri untuk dapat mengelola emosinya. 

Bentuk aktivitas yang bisa dilakukan, dapat berupa journaling, merenungkan, melakukan hal-hal yang menyenangkan, atau menghubungi kerabat dan teman. Terpenting adalah, keinginan kuat seseorang untuk bisa keluar dari siklus self-injury tersebut. (Han)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved