G30S

Mengapa Gerakan 30 September Tidak Lagi Disebut G30S PKI Tetapi Hanya G30S?

Inilah alasan mengapa Gerakan 30 September tidak lagi disebut G30S/PKI melainkan hanya "G30S" saja. Ada hubungannya dengan propaganda Orde Baru.

KOMPAS.COM/Andra Prabasari
Mengapa Gerakan 30 September Tidak Lagi Disebut G30S PKI Tetapi Hanya G30S?. FOTO: Diorama Peristiwa G30S PKI Lubang Buaya yang dipajang di Museum Monas, Jakarta Pusat 

4. Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan

5. Mayor Jenderal Siswondo Parman

6. Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun 

7. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo

8. Kolonel Katamso Darmokusumo

9. Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto 

10. Ade Irma Suryani Nasution, putri Abdul Haris Nasution

11. Kapten Lettu Pierre Andreas Tendean 

Baca juga: Sejarah Lubang Buaya G30S 1965, Tempat Pembuangan Jasad 7 Pahlawan Revolusi Indonesia

Baca juga: Suasana Mencekam G30S di Lubang Buaya 57 Tahun Silam, Penemuan Jasad Ahmad Yani dan Pahlawan Lainnya

Di antara mereka, ada yang dibunuh di rumahnya, ada yang dibunuh di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur.

Tujuh di antara para korban, ditemukan di dalam sumur tua, di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.

Mereka yang jenazahnya ditemukan di sumur tua itu adalah Ahmad Yani, Raden Soeprapto, MT Haryono, Siswondo Parman, Donald Isaac Panjaitan, Sutoyo Siswodiharjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean.

Peristiwa keji itu terjadi pada Kamis, 30 September 1965 malam hingga Jumat, 1 Oktober 1965 dini hari.

Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa, Letnan Kolonel (Letkol) (Inf) Untung Samsoeri disebut sebagai Pemimpin G30S.

Ia bersaksi bahwa operasi tersebut awalnya diberi nama Operasi Takari. 

Namun, karena nama operasi terlalu berbau militer, akhirnya diubah menjadi Gerakan 30 September.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved