Berita Kota Yogya Hari Ini

Tumpukan Sampah di Kota Yogyakarta Dikeluhkan Wisatawan Asing, Ini Respons Dinas Pariwisata

Tumpukan sampah yang muncul di beberapa titik di Kota Yogyakarta , khususnya di pinggiran jalan, mulai dikeluhkan para wisatawan asing.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Azka Ramadhan
Tumpukan sampah yang muncul di kawasan Kotabaru, Kota Yogyakarta, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tumpukan sampah yang muncul di beberapa titik di Kota Yogyakarta , khususnya di pinggiran jalan, mulai dikeluhkan para wisatawan asing.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DI Yogyakarta menyebut, beberapa lokasi yang paling banyak dikeluhkan meliputi kawasan Prawirotaman, Jalan Brigjen Katamso dan Jalan Parangtritis.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, mengatakan, pihaknya pun belum bisa memastikan, dari mana asal limbah yang menumpuk di seputaran sentra turis mancanegara tersebut.

Baca juga: Hadapi Gempuran Social Commerce, Disperindag DIY Dorong Peningkatan Kualitas Produk UMKM

Hanya saja, menurutnya, 80 persen pengusaha jasa pariwisata di Kota Yogya kini sudah melakukan upaya pengelolaan dan pengolahan limbah mandiri.

"Sebagian besar sudah melaksanakan gerakan zero sampah anorganik maupun mbah dirjo secara disiplin. Memang, ada yang belum dan itu terus kami lakukan upaya edukasi," ungkapnya, Senin (25/9/2023).

Berdasarkan data, lanjut Wahyu, pihanya pun telah menyambangi sekitar 1.010 usaha pariwisata di Kota Yogyakarta, untuk menggencarkan edukasi sekaligus monitoring gerakan pengelolaan sampahnya.

Bagaimanapun, seluruh pelaku harus bersedia dan mampu mengelola sampahnya secara mandiri, supaya cukup residu yang diboyong ke TPA Piyungan, lewat depo, atau tempat pembuangan sementara.

"Kami terus memonitor usaha jasa pariwisata. Ada hotel, restoran dan destinasi, agar dapat mengurangi produksi sampah di lingkungannya," urainya.

"Itu terus kita sampaikan, supaya mereka pun bisa menyelesaikan masalah sampah secara mandiri, guna meminimalisir timbunan juga," lanjut Wahyu.

Sebagai informasi, sampai saat ini masih ada sekitar 40 ton sampah per hari yang urung terkelola di Kota Yogya dan diarahkan untuk disimpan sementara di sejumlah depo yang punya kapasitas besar.

Alhasil, ketika pelaku usaha jasa pariwisata tidak ikut berkontribusi aktif dalam pengolahan dan pengelolaan  secara mandiri, tumpukan limbah di depo yang kini terancam meluber pun bakal makin parah.

"Yang berceceran itu, kan, sampah yang belum bisa terangkut dan butuh waktu untuk bisa sampai ke TPA Piyungan. Maka, gerakan zero anorganik dan mbah dirjo wajib dilaksanakan," tegasnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved