Berita Klaten Hari Ini

Ini Kisah Para Difabel dan ABK di Karanganom Klaten yang Punya Harapan Baru

Ketua Inklusi Center Kecamatan Karanganom-Bhakti Negeri (ICKK-BN), Sri Mulyo menjelaskan, sejak tahun 2016, Pabrik AQUA Klaten telah menyatakan dukung

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Potret atlet panahan difabel dari Kecamatan Karanganom, Klaten yang dibimbing oleh ICKK-BN dan didukung Danone AQUA 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Difabel dan anak berkebutuhan khusus (ABK) acapkali dianggap sebagai beban di tengah keluarga.

Akan tetapi, pola pikir seperti itu mulai sirna di Kecamatan Karanganom, Klaten. Mereka yang difabel dan ABK memiliki secercah harapan baru untuk bisa mandiri dan berprestasi seperti impian masyarakat pada umumnya.
 
Ketua Inklusi Center Kecamatan Karanganom-Bhakti Negeri (ICKK-BN), Sri Mulyo menjelaskan, sejak tahun 2016, Pabrik AQUA Klaten telah menyatakan dukungan untuk membantu pemberdayaan difabel dan ABK di kecamatan tersebut.

Menurutnya, hingga saat ini sudah ada 70 anak difabel dan ABK yang didampingi dan dibina di ICKK-BN.

“Mereka tidak hanya berasal dari Kecamatan Karanganom saja, tapi tersebar di Kecamatan Ngawen, Ceper, Tulung, bahkan ada dari luar yaitu Kecamatan Musuk dan Mojosongo dari Kabupaten Boyolali,” ujarnya, Kamis (21/9/2023).

Baca juga: Operasi Zebra Progo 2023, Polresta Yogyakarta Sebut Angka Kecelakaan Turun 13 Persen

ICKK-BN memberikan berbagai pelayanan kepada para difabel dan ABK, termasuk terapi, sanggar belajar dan bermain serta pembinaan beberapa jenis cabang olahraga seperti tenis meja, panahan atletik dan lainnya.

Semua kegiatan ini dilakukan setiap hari Sabtu di Aula Kecamatan Karanganom.

Menurut Sri Mulyo, mereka diberikan pendampingan sampai ada perubahan.

Dia mencontohkan ABK yang belum bisa adaptif, dituntun hingga terlihat mulai ada perubahan.

Mereka dikasih belajar bermain dulu dan belajar kemandirian seperti mandi sendiri, makan sendiri, dan melepas baju sendiri.

“Setelah 2-3 bulan, yang awalnya di rumah saja, tapi setelah diberikan pendampingan, baik anak dan orang tuanya sangat merasakan adanya adanya perubahan perilaku yang membuat para ABK ini termotivasi untuk semangat lagi. Begitu juga yang terapi, anak yang tadinya belum bisa jalan setelah mengikuti terapi jadi termotivasi untuk semangat jalan,” tuturnya.

ICKK-BN dibantu oleh 15 yang terdiri dari dua orang fisioterapis, satu terapis wicara, lainnya relawan untuk sanggar belajar dan bermain dalam masa pendampingan kepada para difabel dan ABK.

“Kita juga pernah memberikan terapi kepada seorang anak yang belum bisa bicara di usianya yang sudah lima tahun dan sekarang anaknya mulai senang dan ada semangat untuk bisa bicara,” tukasnya.    

Ia menilai, disabilitas berhak mendapatkan kesempatan yang sama seperti masyarakat pada umumnya.

Peran tersebut penting sekali apabila diawali dari keluarga.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved