Dosen FKKMK UGM Beberkan Tiga Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Menekan Kasus HIV

HIV merupakan penyakit infeksi yang penularannya melalui 3 jalur meliputi darah, hubungan seksual dan transfusi vertikal dari ibu ke janin

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Sri Cahyani Putri Purwaningsih
Kepala Poli HIV RSUP Dr Sardjito, dr. Yanri Wijayanti Subronto, PhD, SpPD-KPTI 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Stigmatisasi terhadap penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) seringkali ditemui di lingkungan masyarakat. 

Hal itu perlu diminimalisir sebagai upaya mengakhiri AIDS pada 2030 mendatang.

Di sisi lain, pemerintah juga perlu berinovasi dengan menyediakan layanan kesehatan yang mendekatkan ke penderita.

"Karena pencegahan HIV tidak bisa kalau fasilitas kesehatan (faskes) hanya menunggu sasaran namun meningkatkan testing ke komunitas," kata dr Yanri Wijayanti Subronto, PhD, SpPD-KPTI, Kepala Poli HIV RSUP Dr Sardjito, saat ditemui pada Kamis (21/9/2023). 

Menurutnya, HIV merupakan penyakit infeksi yang penularannya melalui 3 jalur meliputi darah, hubungan seksual dan transfusi vertikal dari ibu ke janin.

Untuk mengakhiri HIV, terdapat tiga cara yang bisa dilakukan. 

Pertama, meminimalisir infeksi baru dengan mengetes orang-orang yang berisiko tinggi seperti pekerja seks komersial (psk), homoseksual, pengguna napza suntik dan warga binaan pemasyarakatan (wbp).

Serta, ibu hamil karena mereka rentan tertular dari pasangannya.

Selain itu, pasien tuberkulosis (TBC), sifilis dan gonore (kencing nanah). 

Kedua, menekan kematian akibat HIV. Biasanya, penanganan ini dilakukan di rumah sakit. 

Ketiga, menekan diskriminasi.

Menurutnya, hal ini yang paling berat dilakukan. Ketika ada stigmatisasi tidak akan menyelesaikan masalah.

Karena yang terjadi orang yang terinfeksi HIV enggan melakukan tes sehingga berpotensi menularkan.

Perempuan yang juga menjabat sebagai anggota peneliti HIV Kemenkes RI ini menekankan untuk menguatkan pencegahan dengan surveilans, promosi kesehatan dengan mengedukasi masyarakat, advokasi terhadap pemerintah termasuk seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) dan masyarakat serta deteksi dini. 

"Sehingga pemerintah menyediakan tempat sebanyak-banyaknya untuk tes. Dengan menyediakan layanan yang sesuai kebutuhan dengan mendekatkan ke penderita bisa melibatkan LSM supaya (pasien) nyaman," ucap Dosen FKKMK UGM ini. 

Selanjutnya, tata laksana dengan memberikan terapi kepada penderita HIV. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved