Kasus Antraks di Gunungkidul

DPKH Gunungkidul Rampungkan Vaksinasi Antraks di Zona Merah dan Kuning

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul hingga kini masih terus melakukan penanganan pencegahan antraks. Upaya yang dilakukan antara

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
Dok Humas Pemkab Gunungkidul
Pemberian vaksin pencegahan Antraks di Padukuhan Kropyak, Kalurahan Candirejo, Semanu, oleh tim DPKH Gunungkidul belum lama ini. Wilayah ini masuk zona kuning dari antraks. 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul hingga kini masih terus melakukan penanganan pencegahan antraks. Upaya yang dilakukan antara lain lewat program vaksinasi.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan vaksinasi terutama dilakukan pada ternak di zona merah dan kuning.

"Zona merahnya adalah Padukuhan Jati di Kalurahan Candirejo, Semanu, sedangkan zona kuning wilayah yang berbatasan dengan Jati," jelas Retno pada Rabu (16/08/2023).

Baca juga: Hari Ini, Jakarta Tercatat Sebagai Kota Paling Berpolusi Nomor 2 di Dunia

Ia mengatakan vaksinasi di zona merah sudah selesai sejak Juni 2023. Sedangkan zona kuning selesai belum lama ini.

Meski demikian, Retno menyatakan vaksinasi tersebut tak berhenti begitu saja. Pasalnya, pemberian vaksin pencegahan antraks ini perlu dilakukan setidaknya selama 10 tahun.

"Pemberian vaksin diulang setiap 6 bulan selama 10 tahun," ujarnya.

Retno memastikan stok vaksin saat ini mencukupi berkat adanya pasokan dari Kementerian Pertanian RI sebanyak 11.107 dosis.

Jumlah hewan yang jadi sasaran vaksin mencapai 2 ribu ekor berupa sapi dan kambing.

Agar penanganan maksimal, DPKH Gunungkidul terus melakukan sosialisasi ke masyarakat. Terutama memastikan agar kasus Antraks tidak terulang lagi.

"Kami ingatkan masyarakat agar tidak menyembelih dan mengonsumsi daging ternak yang sakit atau mati mendadak," kata Retno.

Juni lalu dilaporkan sebanyak 12 hewan ternak di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu mati karena antraks.

Puluhan warga pun ikut terpapar setelah mengonsumsi dagingnya.

Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan upaya pencegahan langsung dilakukan begitu pihaknya mendapat informasi. Salah satunya melokalisasi pergerakan ternak dari Jati.

"Ternak dari sana kami minta tidak dibawa keluar, tanah yang terkontaminasi Antraks juga kami siram dengan formalin," kata Wibawanti.

Pihaknya pun juga memperketat pemeriksaan di seluruh pasar hewan. Saat ini sudah tidak ada lagi kasus baru Antraks yang dilaporkan, meski demikian, masyarakat diminta untuk tetap waspada. (alx)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved