Kasus Antraks di Gunungkidul

Tangani Antraks, DPKH Gunungkidul Programkan Vaksinasi Ternak Selama 10 Tahun

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan penanganan yang tengah dilakukan adalah vaksinasi pada ternak

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Muhammad Fatoni
DOK. Kemenkes RI
Ilustrasi penyakit antraks oleh Kemenkes RI 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul tengah fokus tangani Antraks di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu.

Sebelumnya dilaporkan belasan ternak mati di wilayah ini karena Antraks.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan penanganan yang tengah dilakukan adalah vaksinasi pada ternak.

"Kami programkan pemberian vaksin pencegahan pada ternak yang ada di Jati," jelas Retno, Senin (31/07/2023).

Tindakan ini sudah diambil sejak pertengahan Juli dengan pemberian antibiotik pada ternak yang sehat dan tidak sedang bunting.

Rencananya, vaksin mulai diberikan pada awal Agustus.

Menurut Retno, vaksin tersebut harus rutin diberikan setidaknya dalam 10 tahun ke depan.

Langkah ini pun sudah sesuai dengan prosedur pemberian vaksin pencegahan Antraks.

"Sasarannya sekitar 2 ribu ternak, terdiri dari kambing dan sapi," ungkapnya.

Retno memastikan tidak ada masalah dengan stok dosis vaksin. Apalagi pihaknya juga telah mendapatkan bantuan sebanyak 11.107 dosis dari pemerintah pusat.

Agar maksimal, sosialisasi pencegahan Antraks ke masyarakat pun digencarkan.

Khususnya penekanan agar mereka tidak menyembelih dan mengonsumsi daging ternak yang mati mendadak.

"Ternak yang mati mendadak harus langsung dikubur, jangan disembelih apalagi dikonsumsi," ujar Retno.

Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, memastikan kasus Antraks pada ternak hanya ditemukan di Padukuhan Jati, Candirejo.

Sebelumnya, Antraks diduga muncul di Padukuhan Semuluh Lor, Kalurahan Ngeposari, Semanu.

Namun berdasarkan hasil pemeriksaan, sampel tanah tempat penyembelihan ternak dinyatakan negatif Antraks.

Meski begitu, upaya pencegahan tetap dilakukan di sana.

"Tanah di sana sudah disirami formalin, dan sosialisasi ke masyarakat juga kami lakukan," jelas Wibawanti.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved