Berita Klaten Hari Ini

Mencicipi Kopi Sapuangin Khas Gunung Merapi, Ditanam di Ketinggian 1.300 Mdpl

Kopi sapuangin bisa dinikmati oleh pengunjung di Sapuangin Coffee and farm yang berada di Dukuh Pajegan, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupate

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Almurfi Syofyan
Penampakan kopi sapuangin khas Merapi Klaten yang dikemas dalam ukuran 200 gr di Pasar Tani Klaten, Rabu (9/8/2023). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kopi di lereng Gunung Merapi Kabupaten Klaten, Jawa Tengah telah ditanam sejak berpuluh-puluh tahun lamanya.

Namun, selama ini kopi-kopi yang ditanam itu hanya dikonsumsi oleh warga dan tidak untuk dikomersialkan secara luas.

Beberapa tahun terakhir, kunjungan wisatawan ke objek wisata di lereng Gunung Merapi Klaten meningkat cukup signifikan.

Menangkap peluang itu, para pemuda di lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten mulai minuman yang menjadi ciri khas kawasan itu, yakni kopi sapuangin.

Baca juga: UPDATE Kebakaran Gunung Andong : Api Berhasil Dipadamkan, Berikut Kondisi Terbarunya

Kopi sapuangin bisa dinikmati oleh pengunjung di Sapuangin Coffee and farm yang berada di Dukuh Pajegan, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Dukuh Pajegan ini merupakan dukuh tertinggi di Desa Tegalmulyo. Berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).

Di dukuh dengan ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (Mdpl) ini lah kopi sapuangan ditanam.

"Kopi ini ditanam di lereng Merapi, di ketinggian minimal 1.300 Mdpl," ujar anggota Sapuangin Coffe dan farm, Jumar (31) saat berbincang dengan TribunJogja.com di Pasar Tani Klaten, Jumat (11/8/2023).

Menurutnya, sejak berpuluh tahun lamanya kopi jenis arabika tumbuh subur di kawasan lereng Merapi itu. Namun, para pemuda setempat belum paham cara menanam yang benar dan cara mengolahnya.

Setelah datangnya para komunitas pecinta kopi di daerah itu, para pemuda akhirnya mendapat pengetahuan baru cara menanam, merawat dan mengolah kopi yang sudah matang.

"Itu tahun 2015, dan sekitar tahun 2018 kita bangun Sapuangin Coffe dan farm," urainya.

Luas tanam kopi di Pajegan belum terkondisi dalam satu petak lahan, diakui Jumar, tanaman kopi masih ditanam secara terpisah-pisah dan dikembangkan oleh warga sekitar

"Satu petak tanah seluas 800 meter persegi minimal ada 100 batang kopi dan diselingi dengan sayur mayur," ucapnya.

Ada tiga jenis kopi yang biasa ditanam warga di kawasan itu yakni, yellow bourboun, mix varietas dan sapuangin ateng super.

"Kalau yellow bourboun itu matangnya hanya warna kuning, kalau yang lain merah, jadi itu masuk khasnya sini juga," akunya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved